Berita Banyumas

Kajian Potensi Ekonomi Jateng Selatan, Pengintegrasian Antar Kawasan Kunci Pemerataan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Acara Focus Group Discussion (FGD) bersama para pemateri dari Bank Indonesia, GM Bandara Yogyakarta Internasional Airports (YIA) dan sejumlah akademisi, di Kampus Unsoed Purwokerto, Kamis (2/6/2022). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO -- Fokus utamanya pembangunan di Jawa Tengah salah satunya adalah bagaimana membangun kawasan ekonomi.

Perlu kajian mendalam terkait prospek pembangunan dan pemerataan ekonomi.

Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan kasawan ekonomi dengan membuat tiga poros utama di Jateng. 

Apalagi seluruh daerah di Jateng punya kekhasan masing-masing dan perlu menentukan mana saja yang menjadi leading dan supporting sektor. 

Hal itu disampaikan Ketua DPD RI, Dr. Abdul Kholik dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama para pemateri dari Bank Indonesia, GM Bandara Yogyakarta Internasional Airports (YIA) dan sejumlah akademisi. 

Abdul Kholiq mengatakan salah satu permasalahan pembangunan di Jateng adalah beban penduduk yang sangat besar yaitu 36 juta yang bahkan bertambah 1.7 juta saat pandemi Covid-19. 

Dalam pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan di Jawa faktualnya masih bertumpu pada Jawa bagian utara.

Ia mengatakan kawasan utara Jateng dibanding selatan memang cukup berbeda dan problemnya adalah kesenjangan. 

Berdasarkan data penduduk miskin Jateng ada sekitar 4.1 juta. 

Struktur ekonomi Jateng sebagian masih ada industri pengolahan. Namun sektor pertanian masih mendominasi yaitu sebesar 14.62 persen untuk pendapatan. 

Adapun pembagian zona atau poros yaitu Jateng Utara yang melingkupi seluruh wilayah yang punya pantai di utara Jawa Tengah. 

Jateng Selatan adalah Banyumas Raya dan Kedu, sementara Jateng Timur adalah Solo Raya. 

"Namun demikian dari semua sektor potensi unggulannya ada satu sektor yang sama sekali belum bisa dimaksimalkan, yaitu sektor maritim Jateng khususnya Selatan," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (2/6/2022) melalui zoom meeting. 

Ia mengatakan pada Jateng utara fokus pada industri manufactur dan Agro Maritim. 

Sementara itu poros selatan adalah kawasan agrowisata dan manufactur dan Jateng Timur dengan metropolitan dan aglomerasi.

"Kenapa tiga poros ini karena sejalan dengan perspektif pengembangan pusat pertumbuhan. 

Jateng selatan kuat di wisata dan agro, dan maritim, wisata Borobudur, Dieng, Baturraden. Adanya nilai tambah kalau saling berkolaborasi akan jauh lebih besar. 

Contohnya kita punya Sungai Serayu, tapi belum bisa menjual itu, solusinya adalah desentralisasi mandiri," jelasnya. 

Ia juga sempat memaparkan salah satu yang menjadi sorotan adalah bagaimana pengoptimalan keberadaan Bandara Yogyakarta Internasional Airports (YIA). 

"Bandara YIA harus dioptimalkan.

Jateng selatan tidak perlu bandara besar, kalau mau pakai tol bisa cuma satu jam dan sangat visible kalau pakai bandara. 

Kalau mau membangun bandara besar sangat berat," ungkapnya. 

Namun di Jateng Selatan ada keberadaan pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap yang dianggap jauh punya prospek. 

"Cukup dari tanjung intan kalau nyambung logistik bagian Jateng selatan," katanya. 

Sementara itu, General Manager YIA, Agus Pandu Purnama menambahkan dengan bandara yang begitu besar mempunyai kapasitas 20 juta penumpang setiap tahun memperluas jangkauan hingga ke kawasan Jateng selatan. 

"Keberadaan bandara di Kulonprogo akan melebihi luas sampai Jateng selatan yang dibangun dengan kapasitas 20 Juta penumpang per tahunnya. 

Bandara YIA adalah bandara terbesar yang dibangun angkasa pura 1 artinya potensinya ada dan jangkauannya diperluas," ungkapnya. 

Ia menyebut perlu adanya penguatan produk lokal melalui lalu lintas kargo dan memberikan ruang UMKM di kawasan khusus. 

Selain itu pihaknya berharap produk UMKM Jateng selatan dapat masuk juga di Bandara YIA. (Tribunbanyumas/jti)

Baca juga: Bejat! Seorang Ayah Di Cilacap Tega Hamili Anak Kandungnya, Saat Beraksi Dipergoki Sang Istri

Baca juga: Cara Menentukan Arah Saat Membangun Rumah Menurut Neptu Weton

Baca juga: Pensiunan PNS di Jepara Diharapkan Bisa Ikut Tangani Stunting

Baca juga: Harga Minyak Goreng Kemasan di Kabupaten Tegal Berangsur Turun, Saat Ini Rp 25 Ribu Per Liter

Berita Terkini