Berita Tegal

Jeritan Nelayan di Kota Tegal - Harga Solar Terus Melejit, Subsidi BBM Belum Merata

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang nelayan sedang mengangkat derijen berisi BBM solar ke atas kapal berukuran 6 gross tonnage (GT) di sandaran kapal dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muarareja, Kota Tegal, Kamis (2/6/2022).

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Nasib nelayan kecil dengan kriteria kapal ukuran di bawah 10 gross tonnage (GT) di Pantura Kota Tegal, kian hari semakin memperhatinkan. 

Mereka semakin tercekik oleh harga BBM jenis solar yang terus melejit. 

Terlebih, keberadaan program bantuan BBM solar subsidi belum dirasakan merata oleh nelayan kecil.

Baca juga: Harga BBM Solar Nelayan Melejit di Kota Tegal

Baca juga: Harga Minyak Goreng Kemasan di Kabupaten Tegal Berangsur Turun, Saat Ini Rp 25 Ribu Per Liter

Baca juga: Polres Tegal Tandatangani MoU dengan Lapas Kelas ll B Slawi, Antisipasi Peredaran Narkoba di Lapas

Baca juga: PPDB SMP di Kabupaten Tegal Mulai 16 Juni 2022, Berikut Tahapannya

Baru sekira 25 persen nelayan kecil yang mendapatkan BBM solar subsidi di Pantura Kota Tegal. 

Sebagai contoh di sandaran kapal nelayan kecil di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muarareja. 

Data DKPPP Kota Tegal, lebih dari 500 kapal ukuran di bawah 10 GT bersandar di lokasi tersebut. 

Tetapi baru sekira 120 kapal nelayan yang mendapatkan BBM solar subsidi.

Seorang nelayan, Ucok (36) bercerita, keadaan nelayan kecil bertambah hari semakin memprihatinkan. 

Hasil dari melaut harian tidak seberapa, tapi harga BBM solar terus naik. 

Dia mengatakan, jangan samakan hasil tangkapan kapal nelayan kecil dengan kapal nelayan besar yang melaut berbulan-bulan. 

Karena penghasilan nelayan kecil hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

"Nelayan kecil itu ibaratnya seperti pedagang kaki lima (PKL)."

"Berangkat setelah subuh, pulang zuhur, hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari," kata Ucok, warga Muarareja Kota Tegal ini kepada Tribunjateng.com, Kamis (2/6/2022). 

Ucok bingung dengan kebijakan pemerintah yang diberikan untuk nelayan kecil. 

Karena harga BBM solar terus mengalami kenaikan. 

Terakhir setelah Lebaran 2022, BBM solar mengalami kenaikan hingga menjadi Rp 16 ribu per liter. 

Padahal sebelumnya masih sekira Rp 15 ribu per liter. 

Kenaikan tersebut jelas membuat pusing nelayan. 

"Kemarin naik lagi habis Lebaran persis."

"Jadi sekira Rp 16 ribu per liter."

"Kalau naik naik terus, kasihan kami nelayan kecil," ujarnya.  

Ucok mencontohkan, pendapatan nelayan kecil saat ini dari penjualan hasil tangkapan berkisar Rp 500 ribu- Rp 700 ribu per hari.

Lalu untuk kebutuhan BBM solar harian sebanyak I jerigen atau 30 liter menghabiskan anggaran Rp 480 ribu. 

Belum lagi untuk perbekalan makanan. 

Setelah itu, sisanya baru dibagi untuk tiga nelayan yang melaut dalam satu kapal.

"Jadi hasil penjualan harian muter lagi."

"Paling banyak habis untuk BBM."

"Kalau nelayan apalagi anak buah kapal (ABK), dapatnya Rp 40 ribu- Rp 50 ribu per hari," jelasnya. 

Seorang nelayan sedang memperbaiki jaring setelah pulang melaut di sandaran kapal dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muarareja, Kota Tegal, Kamis (2/6/2022). (TRIBUN JATENG/FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD)

Ucok mengatakan, para nelayan kecil pun mengetahui adanya bantuan BBM solar subsidi. 

Tetapi hanya tahu sebatas nama dan kabar. 

Lalu kebanyakan tidak ada yang mendapatkan. 

Dia mengatakan, banyak nelayan yang enggan mendaftar karena cara pengurusannya ribet. 

Harus membuat pengajuan dan mengurus berkas-berkas di kantor pemerintahan. 

Selain itu, tidak ada sosialisasi atau pendampingan dari pemerintah atau organisasi terkait.  

"Kalau kami harapannya harga BBM solar kembali normal lagi saja."

"Biar kerjanya enak dan penghasilan harian untuk makan tambah," ungkapnya. 

Nelayan lain, Tarmo (70) mengatakan, kenaikan harga BBM solar memang sangat berdampak bagi nelayan kecil.

Terlebih ia bukan pemilik kapal, hanya ABK. 

Dia mencontohkan, misalkan penghasilan dari jual tangkapan hanya Rp 500 ribu. 

Membeli BBM solar untuk hari berikutnya habis Rp 300 ribu.

Lalu dibagi untuk juragan kapal Rp 75 ribu dan dua ABK mendapatkan Rp 25 ribu. 

Kemudian sisanya untuk membeli kebutuhan lain, seperti perbekalan. 

"Apalagi kondisi sekarang, harga ikan sedang tidak stabil."

"Kadang naik kadang turun," katanya kepada Tribunjateng.com, Kamis (2/6/2022). 

Tarmo berharap, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa menyejahterakan nelayan kecil. 

Karena bagaimanapun penghasilan nelayan kecil tidak banyak. 

"Inginnya harga BBM solar tidak naik, tetap sama."

"Yang naik itu harga ikannya," harapnya. (*)

Baca juga: Menyoal Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah Jawa Tengah Selatan, Abdul Kholik: Ini Aset Besar

Baca juga: Sidak Orang Asing di Kabupaten Pekalongan, Nasir Khan Warga Pakistan: Dokumen Saya Lengkap

Baca juga: Saiful Arifin Akuisisi Klub Sepak Bola Asal Magetan, Diubah Nama Jadi Safin Pati FC, Ini Alasannya

Baca juga: 260 Petugas Dikerahkan Lakukan Sensus Penduduk Lanjutan di Blora, Target Rampung Akhir Bulan Ini

Berita Terkini