Berita Solo

Kisah Dhania, Gadis 16 Tahun Termakan Propaganda ISIS di Medsos, Inilah Cerita Lengkapnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Film dokumenter bertajuk “Seeking The Imam” karya Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP). Film itu diputar di hadapan pelajar SMA dari berbagai sekolah di Solo. Pemutarannya dilakukan di SMA 1 Batik Solo, Senin 20 Juni 2022,

Rata-rata isinya tentang cerita kehidupan di wilayah ISIS yang begitu indah dan menyenangkan.

Seperti; pendidikan gratis, fasilitas kesehatan gratis, kehidupan yang adil.

“Pokoknya, negeri yang diberkahi. Saya ketika itu langsung percaya,” lanjut Dhania.

Akhirnya, bersama keluarganya, termasuk beberapa saudara-saudaranya, mereka nekat meninggalkan Indonesia “berhijrah” ke wilayah ISIS di Suriah.

Ternyata, sesampainya di sana, yang didapati bertolak belakang dengan apa yang disebutkan di media-media sosial tadi. 

Bersusah-payah, Dhania dan keluarganya akhirnya bisa kabur dari wilayah ISIS sebelum kemudian dievakuasi oleh tim dari Pemerintah Indonesia pada Agustus 2017.  

“Jadi pesannya, ketika menemukan informasi apapun selalu teliti kembali dari sumber yang lain atau orang yang lebih paham,” tutup Dhania yang ketika itu hadir pula Nailah, kakaknya. 

Hari ini, Dhania aktif menulis berbagai artikel termasuk mengisi berbagai kegiatan untuk edukasi anak-anak muda agar tidak “tergelincir” sepertinya.

Selain itu, Dhania juga sedang merintis bisnis.

Narasumber lain pada kegiatan itu, Joko Tri Harmanto alias Jack Harun, mantan narapidana terorisme (napiter), menyebut untuk membendung radikalisme dan terorisme semua komponen harus bersama-sama, mulai dari pemerintahan, dunia pendidikan hingga masyarakat. 

“Orang-orangnya kalau diciduk (ditangkap) mudah, tapi membendung pahamnya itu yang sulit. Kalau dikuatkan masyarakatnya, dari RT sampai kelurahan, maka masyarakatnya jadi cerdas dengan begitu paham-paham seperti itu akan tertolak dengan sendirinya,” kata Jack yang juga Ketua Yayasan Gema Salam sekaligus pengusaha warung Soto Bang Jack.

Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Haerudin, memaparkan radikalisme adalah paham atau aliran yang menghendaki secara cepat perubahan sosial dan politik.

Tingkatannya mulai dari paham atau aliran, sikap hingga melakukan tindakan perlawanan dengan kekerasan untuk tujuan secara cepat tadi. 

“Sebenarnya bukan untuk agama, tetapi menggunakan siasat agama,” kata Haerudin. 

Dia mengakui, butuh peran dari instansi terkait, termasuk sekolah-sekolah hingga masyarakat luas untuk bersama-sama mencari solusi persoalan ini.

Halaman
123

Berita Terkini