TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pedagang ecer dan konsumen belakangan ini dibuat bingung perihal gas elpiji 3 kilogram. Pasalnya selain pasokan berkurang, harga elpiji bersubsidi tersebut juga mengalami kenaikan sehingga memusingkan para pedagang ecer dan pembeli.
Seperti pantauan tribunjateng.com di pedagang ecer di Kota Semarang, pedagang menyebut telah terjadi kenaikan harga lebih dari satu minggu ini.
Adapun kenaikan terjadi sebesar Rp 2.000 hingga menempatkan harga jual gas melon ke konsumen di kisaran Rp 19.000 per tabung.
Baca juga: Pengiriman Terhambat, Distribusi Elpiji 3Kg Kudus Berkurang 334 Ribu Tabung
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Arif Sambodo menyebutkan sejauh ini tak ada kenaikan harga gas melon.
Dia menekankan, penetapan harga gas elpiji 3 kilogram saat ini tetap berpedoman pada Keputusan Gubernur nomor 541/15 tahun 2015 tentang harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kilogram yaitu Rp 15.500 per tabung.
Adapun HET tersebut berlaku di pangkalan sebagai titik serah akhir dari pendistribusian gas melon.
Sementara di tingkat ecer, pedagang menyesuaikan kenaikannya.
"HET (Harga Eceran Tertinggi di tingkat pangkalan) belum berubah, masih Rp 15.500 per tabung. Kalau penerapan di pedagang ecer, berbeda-beda, tinggal mereka menyesuaikan. Yang jelas harga dari pangkalan tidak berubah," katanya kepada tribunjateng.com, Selasa (27/9/2022).
Baca juga: Elpiji 3 Kg Langka di Kudus, Pertamina Jelaskan Alasannya
Di sisi itu, Arif juga menyebutkan tak ada kaitan antara kenaikan harga BBM dengan gas elpiji.
Menurutnya meski harga BBM naik, HET gas elpiji saat ini masih tidak dilakukan penyesuaian.
"Tidak ada sangkut-pautnya (harga gas elpiji) dengan kenaikan harga BBM," ujarnya.
Sementara itu Arif menambahkan, untuk memastikan pendistribusian gas elpiji sendiri pihaknya melakukan pantauan bersama tim pengawasan terpadu.
Hal itu baik terkait harga, keamanan, ataupun ketersediaan baik di pangkalan maupun toko-toko.
"Kami lakukan pantauan dengan tim melibatkan (Dinas) ESDM, kepolisian. Pemantauan pengawasan gas subsidi ini seperti tidak tepat sasaran, isinya tidak penuh, oplosan atau lainnya," kata dia.
"Itu cukup banyak kami temukan, makanya kami pantau," imbuhnya. (idy)