"Kehidupan sosialnya sangat baik dengan warga, tetangga, karena ekonominya sulit makanya pergi bekerja.
Aktif juga mengikuti kegiatan-kegiatan di desa," tuturnya.
Sebenarnya, Susi bekerja di rumah Ferdy Sambo tidak sendiri, ia dibawa oleh keluarga yang memang sudah lebih dulu bekerja di sana.
"Masih satu keluarga ada mba Susi, dan 2 adik suaminya," tuturnya.
Saat Tribunjateng.com mencoba berkomunikasi dengan suami Susi yang bernama Kujaini atau akrab dipanggil Jeni ini tampak ramah dan memberi kesempatan berbincang disela-sela dirinya yang sedang bekerja mengangkut kayu.
Kondisi rumah Susi di Desa Teges Wetan cukup sederhana, hanya ditinggali kedua anaknya saja.
Rumahnya berjejeran dengan rumah mertuanya dan saudara lain.
Untuk dapat sampai di kediaman Susi membutuhkan waktu hingga 1 jam lebih dari pusat Kota Wonosobo.
Letaknya di daerah pegunungan harus melewati hutan pinus dengan kondisi jalan yang tidak seluruhnya rata.
Tidak hanya itu, daerah ini juga hampir tidak ada koneksi internet sama sekali.
Saat ditemui, Jeni mengaku kaget saat istrinya menjadi saksi di kasus berat yang menjerat nama majikannya itu.
Dirinya memang tidak terlalu intens berkomunikasi dengan istrinya.
Terakhir komunikasi Jeni katakan sebelum persidangan lalu.
Saat komunikasi, Susi tidak pernah bercerita mengenai kasus ini sama sekali kepada keluarga.
"Komunikasi biasa hanya tanya tentang kabar anak-anak saja, kalau tidak ada uang minta dikirimi, terus beberapa hari kemudian dikirim Rp 500 ribu," ucapnya.