Berita Semarang

Kisah Ojol Wanita Semarang Dilecehkan Customer, Ingin Marah Takut Dikasih Bintang 1

Penulis: iwan Arifianto
Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para ojol perempuan Semarang yang melawan kerasnya jalanan kota Lumpia, Kamis (10/11/2022).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ojek online perempuan,  A (60) sore itu sedang beristirahat di depan sebuah mal di Simpang Lima Kota Semarang.

Kedua tangannya tampak sibuk, memegang  handphone menunggu orderan.

"Ya namanya kerja gini, adhang adhang tetese embun (peribahasa, berharap sesuatu dengan hasil apa adanya)," katanya kepada tribunjateng.com, Kamis (10/11/2022).

Baca juga: Hari Pahlawan: Wakil Ketua MPR & LDII Ingatkan Tulus Ikhlas Pahlawan Teladan Bagi Generasi Muda

Baca juga: Harga Tiket Konser Air Supply di Semarang, Simak Cara Belinya

Baca juga: Dongeng Anak Sebelum Tidur Bebek yang Keras Kepala

A sudah menjadi ojek online selama empat tahun.

Ia dulunya merupakan penjual minuman es di sekitar Simpang Lima. 

Hantaman pandemi Covid-19 menggulung usahanya hingga tutup lantaran ketika itu akses menuju Simpang Lima ditutup.

Ia lantas banting stir menjadi driver ojek online.

"Dulu daftar akun biar punya saja. Ternyata benar ketika pandemi Covid-19 terpaksa jadi driver ojol," terangnya.

Ia mengaku tak mudah menjadi driver ojol.

Penghasilannya sebagai ojol juga pasang surut.

Sehari bisa kantongi penghasilan bersih Rp40 ribu sampai Rp70 ribu.

Sewaktu ramai sehari mampu menyelesaikan 15 sampai 20 orderan. 

Sebaliknya ketika sepi hanya sampai maksimal 10 orderan.

"Ya kebutuhan banyak jadi hasilnya dicukup-cukupkan," katanya.

Selain penghasilan tidak menentu, tantangan di jalan sangat besar.

Seperti dialaminya belum lama ini yakni jadi korban tabrak lari.

"Ketika itu mau pulang ke Boja, orderan terakhir. Tiba-tiba di BSB ditabrak mobil dari belakang saat malam hari sekira pukul 22.00," ungkapnya. 

Apesnya, ia ketika ingin mengklaim biaya pengobatan kecelakaan tersebut kepada perusahaan ternyata gagal lantaran ketika kejadian hanya mengenakan atribut rompi ojol bukan jaket ojol.

Kondisi itu jadi alasan perusahaan untuk tidak memberikan jaminan asuransi kecelakaan.

Maka, biaya pengobatan sakitnya harus ditanggung secara mandiri.

"Ini saja belum sembuh, masih terasa pusing.  Kalau periksa ya bayar sendiri," tuturnya.  

Dengan kondisi tersebut, ia menyebut, tak akan selamanya menjadi ojol apalagi usianya yang sudah kepala enam.

Ia rencana akan kembali berjualan minuman kembali  lagi seperti dulu.

"Ngojol itu capek jadi kedepan mau jualan lagi," katanya.

Sementara, Ojek online perempuan, UK mengatakan, sudah menjadi ojek online selama lima tahun.

Dulunya, ia pemilik usaha laundri.

Bertahun-tahun hidup di aspal jalanan memaksanya menjumpai pengalaman tak mengenakan.

Di antaranya ketika hendak dilecehkan oleh customernya.

"Iya ada customer kurang ajar, minta dicium," paparnya.

Menurutnya, kejadian itu bermula ketika ada orderan makanan yang hendak diantar ke daerah Banyumanik.

Orderan tersebut menghabiskan biaya Rp13 ribu. 

Konsumen ketika itu membayar Rp50 ribu.

Baca juga: Amalan Doa Untuk Kehidupan yang Berkah dan Bahagia

Baca juga: Detik-detik Siswi SMA Jatuh dari Tepi Kolam Renang di Lantai 18 Hotel, Sempat Mainan Ponsel

Baca juga: Milenial Semarang Inisiasi Jarik Merah Putih Dukung Ganjar-Erick Thohir Maju Pilpres

Maka ada sisa uang kembalian sebesar Rp37 ribu. 

Si customer tidak mau uang kembalian diberikan,  tapi syaratnya hanya meminta untuk diberi ciuman. 

"Yang pesan pria agak tua. Tentu saya tolak permintaan itu. Saya ini murni ngojol tidak neko-neko," ungkap perempuan tersebut.

Sewaktu mendapatkan perlakuan tersebut, ia mengatakan hendak mengamuk dan marah tapi takut dikasih bintang satu dan komplen ke aplikasi.

"Itu kisah sedihnya. Tapi banyak cerita bahagianya karena dari ojol bisa banyak teman," tandasnya. (Iwn)

Berita Terkini