Berita Semarang

Harga Beras Naik Lagi di Semarang Awal Tahun 2023, Untung Pedagang Makin Mepet

Penulis: Idayatul Rohmah
Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penjual beras - Mengawali 20203, harga beras di Kota Semarang kembali menanjak. Menurut pedagang di pasar tradisional, kenaikan harga beras tercatat mencapai Rp 5.000 per sak/karung (isi 25 kg).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Mengawali 20203, harga beras di Kota Semarang kembali menanjak. Menurut pedagang di pasar tradisional, kenaikan harga beras tercatat mencapai Rp 5.000 per sak/karung (isi 25 kg).

Hal itu menempatkan harga beras ecer terendah yakni Rp 12.000/kg.

"Naiknya sejak 2 hari lalu. Sebelumnyaarga beras terendah Rp 10.000/kg," kata Mardiyah, satu pedagang di Pasar Karangayu Semarang, Selasa (10/1/2023).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, harga beras telah mengalami kenaikan sejak Agustus 2022 lalu. Kenaikan harga beras pada Agustus itu memberikan andil inflasi di Jateng sebesar 0,03 persen.

Menurut pedagang, kenaikan harga beras terjadi secara bertahap hingga bulan ini.

"Sekarang beras paling murah Rp 12.000/kg. Kalau paling tinggi di sini Rp 13.500/kg," tambah Mardiyah.

Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini turut memberikan pengaruh terhadap pedagang maupun pembeli. Bagi pedagang, Mardiyah menuturkan, hal itu membuat mereka makin kebingungan mematok harga. Keuntungan pun menipis karena pedagang tak berani menaikkan harga lebih.

"Untungnya makin mepet," keluhnya.

Satu pembeli di Pasar Karangayu Semarang, Yanti menyebut, kenaikan harga bahan pokok yang terjadi itu juga membuatnya bimbang.

Pedagang warung itu berujar, biasa membeli beras dengan harga Rp 12 ribu/kg. Dengan kenaikan harga yang terjadi, ia mengaku harus mengeluarkan Rp 13 ribu untuk tiap kilogram beras.

Padahal, dengan kenaikan harga itu, Yanti mengaku tak bisa menaikkan harga jual nasi ataupun mengurangi porsi nasi di warungnya.

"Semua mahal. Kalau harga (makanan-Red) dinaikkan tidak laku, kalau porsi dikurangi juga pembeli protes. Kalau harga-harga naik ya mengurangi keuntungan," ungkapnya.

Adapun, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng, Arif Sambodo mengakui tingginya harga beras saat ini. Meski demikian, menurut dia, tingginya harga tersebut cenderung stabil dan tidak menunjukkan adanya kenaikan lagi.

"(Harga beras-Red) Kalau masih tinggi memang iya, tapi stabil. Artinya stabil itu tidak ada kenaikan dalam beberapa hari ini," ucapnya, saat dikonfirmasi Tribun Jateng.

Ia mengungkapkan, tingginya harga beras saat ini karena Jateng belum memasuki musim panen. Jateng diperkirakan bakal memasuki musim panen pada akhir Februari. Saat musim panen itulah harga beras dipastikan bakal kembali turun.

"Perkiraan (musim panen) sekitar bulan Februari akhir atau awal Maret. Mungkin nanti ada penurunan (harga beras-Red). Kalau sekarang, stabil tapi masih tinggi," jelasnya.

"Ini kan Bulog sudah melakukan operasi-operasi pasar lewat program ketersediaan pasokan dan harga, untuk menjaga agar tidak ada kenaikan lagi. Terutama beras medium, karena yang di atas HET hanya beras medium, kalau beras premium masih di bawah HET," terangnya.

Cabai

Tak hanya pada komoditas beras, Arif menyebut, harga cabai juga tercatat tinggi di awal tahun ini. "Harga cabai tinggi memang (karena) musim, banyak yang mengganggu produktivitas tanaman cabai. Jadi informasi dari Dinas Pertanian (dan Perkebunan), tanaman cabai mereka 'petani' agak terganggu," jelasnya.

Terkait dengan tingginya harga cabai, menurut dia, beberapa jenis saat ini sudah mengalami penurunan, terutama yakni rawit merah dan hijau yang perlahan telah menurun meskipun masih relatif tinggi.

"Ini beberapa jenis cabai juga sudah mulai turun. Sementara di data kami, yang agak naik ini teropong dan keriting. Namun, rawit merah dan hijau hari ini (kemarin-Red) mengalami penurunan, meskipun masih tinggi," tukasnya. (idy/tribun jateng cetak)

Berita Terkini