Imlek 2023

Opini Anton : Laku Bakti kepada Orang Tua

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Khonghucu saat beribadah dalam perayaan imlek di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, Selasa (1/2/2022).

Anton, ST, SE, MSi
Dosen Akuntansi Universitas AKI Semarang
Pemerhati Budaya Tionghoa

PERNAHKAH Anda melihat tingkah laku orang tua yang bersifat ambivalen? Kebanyakan orang tua melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dipikirkannya. Sebagian orang tua berkata dengan “tidak sebenarnya” agar tidak merepotkan anak-anaknya.

Jika orang tua berkata dengan “tidak sebenarnya”, tidak dapat kita katakan melakukan “ketidak-jujuran” atau “kebohongan”, karena keduanya memiliki makna yang berbeda. Seorang yang tidak jujur atau bohong biasanya merugikan orang lain.

Akan tetapi, berkata dengan “tidak sebenarnya” dimaksudkan agar tidak merepotkan atau merugikan orang lain. Jadi, berbohong demi kebaikan. Misalnya, ketika orang tua yang sedang sakit jantung di Rumah Sakit, tiba-tiba salah satu anaknya terkena musibah kecelakaan.

Dalam kondisi seperti ini, saudara-saudara lainnya terpaksa merahasiakan berita kecelakaan tersebut agar sakit orang tuanya tidak makin parah. Apa yang dilakukan oleh mereka dengan berbicara “tidak sebenarnya”, bukan dikatakan bohong karena dilakukan demi kebaikan orang tuanya.

Berkata “tidak sebenarnya” meskipun tidak digolongkan kebohongan atau ketidak-jujuran, namun di sisi lain justru bisa menimbulkan masalah. Oleh karena itu, meskipun berbicara “tidak sebenarnya” tidak dilarang, hendaknya kita memilah-milah agar tidak terjadi permasalahan

Ada 3 sikap orang tua yang harus kita pahami, pertama, Orang Makin Tua, Makin Kekanak-kanakan. Bertambahnya usia orang tua nampaknya semakin terjadi penurunan pemikiran atau disebut “pikun”.

Orang yang sudah tua sering lupa apa yang telah dilakukan. Penurunan daya ingat orang tua kadang kala menjadi masalah. Untuk itulah sebagai anak harus memaklumi masalah ini. Kedua, Orang Makin Tua, Makin Pragmatis. Kita harus memahami orang tua kita jika cara berpikirnya tidak mau berubah.

Meskipun jaman telah berubah serta situasi dan kondisi berubah, biasanya orang tua mempertahankan kebiasaannya. Seringkali setiap ada persoalan, terjadi perbedaan pandangan dalam pengambilan keputusan.

Sekarang ini, banyak orang tua yang telah modern dalam berpikir, akan tetapi, sikap pragmatis masih kita temukan pada orang tua walaupun mereka memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.

Ketiga, Orang Makin Tua, Makin Ketinggalan Zaman. Meskipun tidak semua orang tua demikian, pada umumnya orang tua sering membanggakan masa lalunya dan menilai segala sesuatu berdasarkan kondisi masa lalu.

Mereka juga tidak mengikuti kemajuan zaman dan kondisi lingkungan saat sekarang yang makin global.

Beri masukan

Akibat pola pikir, pandangan dan kondisi orang tua di atas, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang anak agar tidak melanggar laku bakti dalam perspektif agama Khonghucu, yaitu:

a) Memberikan Masukan kepada Orang Tua.

Apa yang dilakukan orang tua kita janganlah ditentang dan dilawan, melainkan berikan masukan-masukan secara perlahan.

Apabila masukan-masukan kita tidak diterima, janganlah memaksakan, biarlah keputusan orang tua berjalan sesuai dengan kehendaknya. Mereka akan lebih nyaman dan lebih bahagia dengan keputusan dan tindakannya.

Dalam menghadapi orang tua yang tidak benar, kita wajib mengingatkan dengan hormat;

b) Menghindari Perdebatan dengan Orang Tua.

Jika terjadi perbedaan pandangan, pendapat, atau persepsi antara anak dan orang tua, maka hindarilah perdebatan yang tidak ada gunanya.

Lebih baik berdiam diri hingga suasana lebih baik. Kebanyakan orang tua kita lambat dalam menerima hal-hal baru, untuk itu perlu diberikan waktu hingga bisa mengubah wawasannya;

c) Memanusiakan Orang Tua.

Memanusiakan
Memanusiakan orang tua adalah menghargai orang tua secara total dengan memberikan perhatian, kasih sayang dengan sikap hormat. Di dalam kehidupan di dunia ini, sering timbul anggapan, bila anak sudah memberikan biaya kehidupan kepada orang tua, maka dianggap berbakti.

Padahal, berbakti bukan sekadar memberikan materi kepada orang tua, melainkan, menghibur, mengajak pergi, melayani bahkan merawat orang tua dengan kasih sayang itulah bakti sesungguhnya.

Anak agar menata perkataan secara halus, memiliki rasa hormat, memperlakukan orang tua dengan sopan. Itu semua harus lebih diutamakan daripada sekedar memberikan materi belaka. Ketika orang tua mereka lumpuh, stroke, atau memerlukan perawatan; kebanyakan dari anak menitipkan orang tuanya di panti jompo. Kadang, orang tua baru dapat berjumpa dengan anak-anaknya dalam waktu satu atau dua tahun sekali.

Memang, biaya hidup dan berbagai keperluan orang tuanya telah dipenuhi oleh anak. Namun demikian, hubungan batin antara anak dan orang tua seolah-olah terputus. Hal inilah yang dikatakan dengan hilangnya rasa bakti anak kepada orang tua, sekaligus hilangnya hubungan harmonis antara orang tua dan anak-anaknya.

Berlakulah hormat kepada orang tua meski dalam kondisi apapun. Orang tua adalah yang melahirkan dan merawat kita, walaupun orang tua kita kadang sulit untuk dilayani, terimalah dengan lapang dada dalam kondisi apa adanya.

Itulah, orang tua kita yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Perlakukan orang tua dengan baik melalui sentuhan cinta kasih (Ren) dan Kesusilaan (Li).

Selamat menyambut tahun baru Imlek 2023, tahun Kelinci Air yang penuh dengan keberkatan. “Xin Nian Kuai Ie, Wan Shi Ru Yi” (*)

Baca juga: Polisi Bekuk Komplotan Pencuri Spesialis Truk Parkir di Rumah Makan dan SPBU

Baca juga: Fokus : "Masa Jabatan, Kok Coba-coba?

Baca juga: Mengaku Relawan Ambulans, Pria Ini Kepergok Cabuli Bocah Korban Kecelakaan

Baca juga: Distribusi LPG 3 Kg di Jepara, Konsumen Rumah Tangga Dijatah 4 Tabung Per Bulan

Berita Terkini