Berita Kudus

PKL dan Ojek Wisata Kawasan Menara Kudus Diajak Promosi Kopi Muria

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah PKL di kawasan Menara Kudus menyimak cara penyajian kopi muria dalam edukasi dan demo kopi muria yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Taman Menara, Jumat (27/1/2023).

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) dan pelaku ojek wisata di kompleks Menara Kudus dikenalkan dengan produk lokal kopi muria di Taman Menara, Jumat (27/1/2023).

Pengenalan ini merupakan bentuk promosi kepada pelaku usaha kecil agar tergugah supaya turut serta menjual produk lokal kopi muria di warung-warung mereka.

Pengenalan produk lokal kopi muria itu dikemas dalam acara edukasi dan demo kopi muria yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus.

Masing-masing peserta PKL dan pelaku ojek wisata diajari untuk meracik kopi mulai dari menggiling sampai menyajikannya dengan cara yang paling sederhana.

Baca juga: Mobil Penabrak Selvi Amalia Masih Misterius, Keluarga Minta Goresan pada Innova Diperiksa Labfor

Baca juga: Detik-detik Selvi Amalia Tewas Terlindas Mobil yang Dikawal Patwal Polisi, Ini Beda 2 Versi Kejadian

Satu di antara peserta yang terlibat dalam demo kopi muria yaitu Nurul. Selama ini Nurul merupakan PKL di Kawasan Terminal Wisata Bakalankrapyak. Terminal pemberhentian bus peziarah di Makam Sunan Kudus.

Selain menjual sejumlah makanan, Nurul juga menyediakan kopi. Pangsa pasarnya yaitu para peziarah.

Nurul memang belum pernah menjual kopi Muria. Kopi yang selama ini disajikan kepada para pembeli yaitu kopi kemasan pabrikan.

“Saya belum pernah mencoba menjual kopi Muria. Ini sekarang tahu, kalau memang ada yang kemasan bubuk, saya juga mau jualnya,” kata Nurul.

Harga kopi kemasan pabrikan yang dijual Nurul dalam satu cangkir ditarif Rp 3 ribu.

Kalau memang ada kopi Muria versi bubuk, dia tidak keberatan untuk turut serta memasarkan. Syaratnya harganya tidak beda jauh dengan harga yang selama ini dijualnya.

“Kalaupun jual kopi lokal saya selama ini kopi yang dipasok dari Jetak Kudus,” kata dia.

Dalam kesempatan ini hadir pula Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kudus, Valerie Yudistira. Menurut dia, promosi kopi Muria kepada seluruh elemen masyarakat harus tetap berjalan. Hal itu bagian dari upaya mengenalkan atau menggarap potensi hilir dari kopi Muria.

“Memandang kopi muria sebagai potensi yang dimiliki Kudus ini kami sebutnya sebagai konsep hulu, hilirnya harus ada yang menggarap. Ini harus konsen dan konsisten,” kata Valerie.

Dari beberapa upaya pengelana yang pihaknya lakukan semala ini ditemui kendala bahwa para pedagang kecil di tingkat bawah mengeluh karena kalau mereka hendak menjual kopi muria belum ada yang versi bubuk atau kemasan ala kopi pabrikan.

“Dari situ bisa diketahui ternyata perlu adanya kemasan siap seduh yang bisa dinikmati di Kawasan Menara,” katanya.

Halaman
12

Berita Terkini