"Awalnya memang ada rumusnya agar bisa menghasilkan gas."
"Setelah itu tinggal ditambah kotoran, agar gas bisa hidup terus," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (7/2/2023).
Zaenal sudah memanfaatkan biogas sejak awal beternak sapi perah pada 1999.
Hasilnya, bisa mencukupi kebutuhan memasak keluarganya setiap hari, sehingga mengurangi konsumsi gas elpiji bagi keluarganya.
Bahkan, Zaenal kini sedang mengembangkan kandang ternak kedua dengan menerapkan pola yang sama.
Baca juga: KULINER KUDUS : Mengenal Kuliner Jadul Sambal Ontong Khas Kudus, Dibuat dari Jantung Pisang
"Tentunya butuh biaya, tapi tidak terlalu besar."
"Hasil biogas sementara masih dikonsumsi keluarga sendiri."
"Untuk kotorannya kami berikan gratis kepada siapa saja yang membutuhkan."
"Seperti contoh untuk kebutuhan pupuk," tutur dia.
Zaenal menyebut, keuntungan menerapkan proses pengolahan biogas adalah kotoran sapi jadi tidak bau setelah menjadi pupuk.
Juga menghasilkan gas yang bisa dimanfaatkan.
Selain itu, perlu juga menjaga kebersihan lingkungan kandang dan badan ternak setiap hari agar tidak menimbulkan bau tak sedap dan terhindar dari penyakit.
Kini, Zaenal memiliki 29 sapi perah yang diternaknya.
Masing-masing 19 sapi di kandang pertama, sisanya di kandang kedua dalam tahap pengembangan. (*)
Baca juga: PERINGATAN DINI BMKG - 3 Hari Ini Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah, Berikut Data Lengkap Wilayahnya
Baca juga: Gara-gara Kalah Judi Online, Anggota Polda Sulsel Bripda YL Tusuk Perut dan Sayat Lehernya
Baca juga: SPBU Alang-alang Terbakar, Sopir Mobil Pikap Jadi Korban Luka Bakar Serius di Sulawesi Selatan
Baca juga: Gemerlap Asean Tourism Forum di Yogyakarta, PLN Suplai Listrik Handal Tanpa Kedip