Gempa Turki

Kisah Winda WNI Bertahan Hidup Pasca Gempa Turki, Mengungsi ke Desa Hingga Hangatkan diri di Mobil

Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim darurat mencari orang-orang yang tertimpa reruntuhan bangunan usai gempa Turki atau Turkiye di Gaziantep, Senin (6/2/2023). Hingga Selasa (7/2/2023), jumlah korban tewas di Turkiye dan Suriah mencapai lebih dari 5.000 jiwa. (AP PHOTO/MUSTAFA KARALI)

TRIBUNJATENG.COM - Kisah seorang WNI di Turki, Winda bertahan hidup pascagempa bumi magnitudo 7,8 dan gempa susulan melanda Turki dan Suriah dibagikan Tribunnnews.

Diketahui WNI tersebut bernama Winda Trimelia Utami, yang tinggal di Provinsi Adana, Turkiye.

Ia menceritakan detik-detik terjadinya gempa magnitudo 7,8 melanda wilayah tersebut hingga kini ia bertahan hidup.

Winda mengatakan, dirinya tinggal di asrama yang berada di dalam bangunan lima lantai.

Baca juga: Duka Bencana di Turki dan Suriah, Pemprov Jateng Siapkan Bantuan Kemanusiaan

Baca juga: Mesut Hancer Tak Mau Lepaskan Tangan Putrinya yang Mencuat Keluar dari Reruntuhan Gempa Turki

Baca juga: Korban Tewas Gempa Turki dan Suriah Bertambah Jadi 11.236 Orang, Termasuk 2 WNI

Menurut Winda, getaran keras gempa terasa di sepuluh provinsi di dekat pusat gempa, termasuk di tempatnya tinggal. Saat terjadi gempa, kata Winda, dirinya sedang tidur lantaran saat itu masih pagi.

Pada waktu itu, ia sempat tak bisa keluar dari ruangan. “(Getarannya) sangat terasa, sekitar dua sampai tiga menit kami menunggu di dalam ruangan, di bawah meja, tidak bisa keluar, karena guncangannya sangat besar,” kata Winda.

Setelah tiga sampai lima menit, akhirnya ia bisa keluar dari kamar. Winda mengungkapkan, saat ini semua mahasiswa di asramanya mengungsi di tempat aman.

Meski begitu, ia bersyukur asramanya tak mengalami kerusakan parah, karena bangunan asrama itu aslinya merupakan shelter gempa. “Tapi, kami masih belum bisa masuk ke asrama sampai saat ini, karena ditakutkan adanya gempa susulan yang akan datang,” tuturnya.

Winda juga menegaskan, semua aktivitas dihentikan termasuk perkuliahan, dan memperkirakan hal itu akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.

Kini, Winda mengungsi ke sebuah desa yang jauh dari pusat kota. "Sekarang kami mengungsi di sebuah desa dan menjauh dari kota, karena di kota banyak bangunan tinggi dan retak-retak. Jadi, kami diungsikan sementara," kata Winda.

Meski berada di desa, diungkap Winda mereka tak boleh berada di rumah. Mereka hanya diperbolehkan masuk ke rumah untuk mengambil makanan-makanan dan persediaan yang dibutuhkan selama mengungsi.

"Walaupun kami di desa, kami tidak boleh masuk ke rumah, takut ada gempa susulan datang. Kami hanya diperbolehkan masuk ke rumah 10 menit untuk mengambil makanan," lanjut Winda.

Sayangnya, Winda dan pengungsi lainnya pun tak memiliki tempat untuk beristirahat, yang membuat mereka terpaksa harus berada di dalam mobil. "Di sini suasananya hujan, bahkan di beberapa tempat ada turun salju sehingga kami berada di mobil untuk menghangatkan tubuh," kata Winda.

Sementaran itu, paporan pada Selasa (7/2/2023) korban tewas sudah mencapai 4.000 orang lebih. Sementara sisanya mengalami luka, baik ringan maupun serius.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat, terdapat 10 warga negara Indonesia (WNI) yang mengalami luka-luka gempa bumi bermagnitudo 7,8 di selatan Turkiye, Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, Osmaniye.

Halaman
12

Berita Terkini