Berita Nasional

Stok Pfizer Menipis, Kemenkes Izinkan Vaksin IndoVac untuk Booster

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Vaksin Indovac - Kemenkes pun mengizinkan, vaksin buatan dalam negeri IndoVac dapat digunakan sebagai vaksin lanjutan atau booster dari vaksin primer Pfizer.

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali memperbarui aturan pemberian vaksin lanjutan atau booster. Hal ini dilatarbelakangi oleh dengan menipisnya stok vaksin Pfizer di tanah air.

Kemenkes pun mengizinkan, vaksin buatan dalam negeri IndoVac dapat digunakan sebagai vaksin lanjutan atau booster dari vaksin primer Pfizer.

Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.02/11/252/2022 tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster) yang diterbitkan Kemenkes pada 26 April 2023 yang diteken Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu.

"Vaksin yang digunakan untuk dosis lanjutan atau booster bisa disesuaikan dengan ketersediaan vaksin masing-masing daerah dengan mengutamakan vaksin yang memiliki masa kedaluwarsa terdekat," kata Maxi dikutip Jumat (28/4/2023).

Disampaikan bahwa pemberian booster dilakukan melalui dua skema, yakni heterolog (berbeda dengan jenis vaksin lengkap sebelumnya) maupun homolog (jenis vaksin dosis satu hingga ketiga sama).

"Vaksinasi dosis primer tetap harus dikejar agar dapat mencapai target," ujarnya.

Selain itu, vaksin buatan dalam negeri lain yaitu IndoVac juga diizinkan untuk booster Sinovac.

Kasus Naik

Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut kasus covid-19 terutama varian Arcturus terus mengalami peningkatan.

Ia memantau sebelum Idul Fitri beberapa kali kasus di atas seribu. Saat hari H Lebaran data kasus sempat menurun yang mungkin karena sampel kasus juga berkurang. Namun setelah itu, kasus kembali di atas seribu.

Menurut dia, varian Arcturus menjadi penyebab kenaikan kasus di sejumlah negara, seperti India dan Singapura.

Dia mengatakan, pakar University of Tokyo menyebut Arcturus lebih menular 1,17 sampai 1,27 kali dari varian yang ada sebelumnya, Kraken.

Karena itu kata dia pemerintah didorong untuk kembali menggalakkan pelaksanaan vaksinasi lengkap dan booster pertama sampai kedua.

"Harus kembali menggalakkan vaksinasi booster kedua, yang sekarang sudah tidak banyak dibicarakan lagi," kata Prof Tjandra dalam pernyatannya yang diterima Tribun.

Prof Tjandra juga mengimbau masyarakat, terutama kelompok rentan seperti lansia dan penderita komorbid untuk lebih hati-hati.

Halaman
12

Berita Terkini