TRIBUNJATENG.COM,TEGAL- Universitas Pancasakti (UPS) Tegal mengadakan Seminar Nasional bertajuk 'Manajemen Risiko Bencana Alam pada Daerah Pesisir Jawa Tengah' di Auditorium UPS Tegal, Jumat (23/6/2023).
Kegiatan itu diinisiasi oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Forum Komunikasi Teknik Sipil Indonesia (FKMTSI) Regional 13 Jawa Tengah.
Hadir sebagai narasumber Guru Besar Teknik Sipil Undip Semarang, Prof Agung Wibowo dan Dosen Teknil Sipil UPS Tegal, Dr Retno Susilorini.
Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UPS Tegal, Dr Agus Wibowo mengatakan, kegiatan seminar nasional ini menjadi rangkaian acara dalam agenda civil week.
Selain itu, juga dilakukan pertemuan pengurus FKMTSI wilayah Jawa Tengah.
Ia mengatakan, seminar nasional kali ini sangat penting karena mangangkat tema mitigasi bencana.
Sebab pesisir Jawa Tengah ini termasuk daerah yang cukup rawan dengan bencana, seperti rob.
"Kami berharap, setelah acara ini mahasiswa teknik sipil bisa lebih tanggap terhadap bencana. Kemudian sesuai keilmuan, mereka bisa mengembangkan untuk penelitian," katanya.
Pemateri, Prof Agung Wibowo pada kesempatan itu, mengajak para mahasiswa teknik sipil untuk memahami tentang ekonomi teknik.
Ia mengatakan, manajemen risiko dan mitigasi bencana tidak akan terlepas dari dampak bencana, yaitu ekonomi.
Hal itu bisa dilakukan dengan memberdayakan masyarakat, misalnya memiliki dana simpanan dari kegiatan PKK, pengajian, hingga arisan.
"Jadi ada tabungan sosial. Sehingga saat terjadi bencana bisa cepat untuk bangkit," ungkapnya.
Agung mengatakan, mahasiswa teknik sipil ini harus sudah membangun kesadaran.
Artinya saat berada di tengah masyarakat sudah ada persiapan dan bakal berupa ekonomi teknik serta manajemen risiko.
Termasuk bisa menjadi penghubung antara pemerintah daerah dan masyarakat terkait anggaran motigasi bencana.
"Jadi diharapkan mahasiswa ini bisa lebih membangun kesadaran untuk lebih bersiap menghadapi bencana di lingkungan masyarakat," ujarnya.
Pemateri lain, Dr Retno Susilorini mengatakan, setelah ekonomi hal yang tak kalah penting adalah diperlukannya peran gender dalam menghadapi bencana.
Gender yang dimaksud adalah fungsi sosial dari laki-laki dan perempuan.
Perempuan ini menjadi yang paling rentan saat terjadi bencana karena mereka kebanyakan ibu rumah tangga.
"Oleh karena itu, kita perlu menguatkan ketahanan bencana perempuan dengan meningkatkan kapasitas mereka," katanya.
Retno mengatakan, ia memiliki usulan master plan yang ramah lingkungan dan ramah terhadap perempuan.
Yaitu dengan menciptakan wilayah yang tahan bencana rob tetapi juga berdaya secara ekonomi.
Hal itu pernah dilakukannya di pesisir Demak, seperti memasang alat pendeteksi rob.
"Begitu robnya tinggi, maka alat itu berbunyi melalui sirine sehingga keluarga bisa mengungsi. Kalau tidak ada, mereka bisa terkepung," ungkapnya. (fba)
Baca juga: Warga Perumahan di Kedungpane Keluhkan Pencemaran Lingkungan dari Operasional Pabrik Bata Ringan
Baca juga: Sosok Untung, Kepala Desa Sembung Batang Bangun Kantor Kelurahan Megah 8 Lantai Pakai Lift
Baca juga: Sambut Liburan Sekolah, Gogo Dino Sapa Anak-Anak di Mal Ciputra Semarang
Baca juga: Hanya Petani yang Memenuhi Kriteria Berikut yang Bisa Mendapat Pupuk Bersubsidi, Apa Saja?