Semua paspor tersebut menggunakan nama Ghassem Saberi Gilchalan.
Tak hanya itu, petugas juga mendapati sejumlah dokumen mencurigakan, seperti dokumen berbahasa Persia, beberapa kartu bertuliskan anggota Persatuan Bekas Polis Malaysia, dan Skuad 69 PDRM.
Petugas juga meneukan 11 telepon seluler, satu tablet, satu pemutar musik, dua modem, dan beberapa kartu SIM lokal, ataupun luar negeri.
Saat itu, Gilchalan beralasan memiliki banyak ponsel karena ia harus menyimpan nomor HP dari berbagai negara.
"Saya punya teman di beberapa negara, saya harus menyimpan nomor-nomornya," kata Kasat Reskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta kala itu, Ajun Komisaris Rezha Rahandhi, September lalu, menirukan jawaban Gilchalan saat diinterogasi.
Operasi pembebasan tanker
Adapun kehadiran Gilchalan di Indonesia untuk menggelar operasi intelijen pembebasan tanker Iran, MT Horse yang ditangkap Bakamla pada 24 Januari 2021.
Dilansir dari Kompas.id, kedatangan Gilchalan ke Indonesia, 18 Mei 2021, bersamaan dengan persidangan tanker MT Horse.
Kapal itu disita Badan Keamanan Laut di perairan Kalimantan pada Januari 2021 karena melanggar alur pelayaran.
MT Horse mengangkut 1,8 juta barel minyak mentah, yang nilainya dapat mencapai Rp 25 miliar.
Ia mengeklaim operasinya di Indonesia berhasil.
Hal itu disampaikannya dalam pengakuan tertulis berbahasa Persia yang ia buat untuk penegak hukum ataupun saat ditemui Kompas di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang, Banten, November 2021.
"Saya datang ke Indonesia untuk membantu tanker Iran, MT Horse, yang diadili di Batam.
Pemerintah Iran mengirim saya untuk membantu membebaskan kapal itu dan mengembalikannya ke Iran," ujarnya, dikutip dari Kompas.id.
Sebelum ke Indonesia, dalam pengakuan tertulisnya, Gilchalan mengatakan, ia menghubungi kenalannya di Bali dan di Batam untuk mencari tahu kondisi MT Horse.