Berita Video

Video Potret Warga Pesisir Jateng yang Kian Berat Dibebani Proyek Infrastruktur

Penulis: iwan Arifianto
Editor: Tim Video Editor
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut ini video Urip Dioyak Oyak Banyu, Potret Warga Pesisir Jateng yang Kian Berat Dibebani Proyek Infrastruktur.

Sejumlah peneliti yang konsen di wilayah pesisir Jawa Tengah khususnya Demak dan Semarang menerbitkan buku bertajuk Urip Dioyak-Oyak Banyu.

Buku tersebut disusun oleh Mila Karmilah, Eka Handriana, Syarifah Atia, dan Umdatin Nihayah.

Buku yang disusun selama satu tahun itu dilakukan soft launching di Unissula, Senin (17/7/2023).

Satu di antara penulis, Mila Karmilah mengatakan, buku tersebut secara garis besar menceritakan pergulatan hidup warga Sayung Kabupaten Demak yang bertransisi dari hidup dengan kondisi baik-baik saja kemudian berubah selepas adanya penetrasi  proyek infrastruktur, industri,dan lainnya. 

"Proyek pembangunan di Semarang berdampak pula ke mereka," ucapnya.

Menurutnya, buku disusun untuk merekam pengetahuan lokal pesisir yang dapat diwariskan kepada generasi muda supaya tahu dan cara bersikap dalam kondisi tersebut.

Apalagi selama ini masyarakat pesisir pengetahuan lokalnya tidak tertuliskan sehingga perlu dituliskan supaya ada cerita yang terekam.

"Tulisan mewakili perempuan pesisir di Jawa Tengah dalam upaya bangkit sebagai masyarakat terdampak sekaligus adaptasi mereka terhadap  krisis lingkungan," jelasnya.

Dari serangkaian tujuan itu, tak heran buku tersebut disusun dengan semangat mengangkat perspektif ekofeminisme ala Vandana Shiva ditulis semi populer yang dapat mudah dibaca oleh masyarakat.

"Buku ini bagian dari donasi ke mereka (masyarakat pesisir)," jelasnya.

Perwakilan asosiasi Maleh Dadi Segoro (MDS) Cornelius Gea mengungkapkan, buku Urip Dioyak-Oyak Banyu melengkapi buku lainnya yang menceritakan soal kehidupan masyarakat pesisir seperti Maleh Dadi Segoro atau Banjir Sudah Naik Seleher.

Sayangnya, pemerintah tak belajar dari buku-buku tersebut yang sebenarnya bisa mengirit waktu dan anggaran semisal mau belajar penanganan banjir rob.

Terlebih krisis iklim yang memperparah banjir rob memiliki dampak luar biasa terbukti dengan makin tinggi dan luasnya wilayah terdampak sehingga perlu segera dilakukan penanganan.

Kondisi itu pula yang sepatutnya membuat pemerintah tak lagi tega menyuruh warga  pesisir menunggu kajian atau  anggaran dalam mengatasi persoalan tersebut.

"Oleh karena itu pertimbangan lingkungan harus jadi paling penting  dalam pengelolaan kawasan pesisir," tandasnya. (iwn) 

Berita Terkini