Peralatan yang dibawanya pun sangat sederhana, yaitu hanya membawa palu dan pahat.
"Di dalem itu jongkok, paling cuma satu meter. Ke dalem cuma bawa palu sama pahat 20 ukurannya kecil-kecil yang paling panjang setengah meter," pungkasnya.
R menceritakan, untuk turun ke dalam lubang tambang tak cuma-cuma.
Sebab, ia pun harus menyewa lubang kepada pemilik sumur emas tersebut.
Ia menerangkan, kedalaman keberadaan emas di dalam tanah pun tak bisa diprediksikan.
"Nyari uratnya dulu, urat itu batu yang ada kandungan emasnya, kalau belum nemu uratnya terus aja ngegali," ujarnya saat berbincang dengan TribunnewsBogor.com, Sabtu (29/7/2023).
Setelah itu bebatuan yang mengandung emas tersebut diangkat dari dalam lubang kemudian dibungkus menggunakan karung berukuran sekitar 60x40 centimeter.
Meskipun isi dari karung-karung tersebut penuh, kata dia, setelah diolah hanya menghasilkan emas beberapa gram saja.
Harga karung yang berisi bebatuan bahan emas tersebut hanya dihargai Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu tergantung dengan kualitas bahan yang didapat.
"Paling banyak 20 karung, itu juga dari satu karung paling isinya (emas) cuma dua gram kadarnya cuma 30 persenan," katanya.
Keluarga Ikhlas
Keluarga penambang emas asal Kabupaten Bogor kini berusaha mengikhaskan nasib para korban yang tertimbun di lubang dengan kedalaman sekitar 60 meter.
Bahkan, warga bersama pihak keluarga menggelar shalat goib untuk mendoakan ke-delapan orang korban yang terjubur hidup-hidung di lubang tambang emas Banyumas yang berlokasi di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah.
Para korban merupakan warga Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kita mendoakan para almarhum yang terjebak air di lubang Banyumas. Mendoakan beliau mudah-mudahan amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT," ujar Kepala Desa Kiarasari, Ahyar, Rabu (2/8/2023).