Penambang Emas Banyumas Terjebak

Kesaksian Usman Sugalih Selamat dari Tambang Banyumas, Ingin Tarik Korban Tapi Tangan Tak Sampai

Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Usman Sugalih (41) salah satu pekerja tambang yang selamat dan juga paman dari salah satu korban yang tertimbun di lubang tambang emas ilegal di Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (2/8/2023).

Siapa sangka, upayanya beralih pekerjaan demi mencoba menggapai lebih banyak rezeki justru berakhir tragis.

Doa bersama para keluarga korban penambang bersama unsur Forkompinda Banyumas di lokasi utama lubang galian 8 penambang yang terjebak, Minggu (30/7/2023). (Ist. Basarnas Cilacap.)
Ajat merupakan warga Bogor salah satu korban yang terjebak di lubang tambang Banyumas dan nasibnya masih belum diketahui.

Karena sudah hampir sepekan korban terjebak dan keberadaannya belum diketahui, pihak keluarga pun ikhlas dan menggelar tahlilan di rumah di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Pak Ahad (54), orang tua korban menceritakan bahwa putranya itu sebelumnya merupakan pedagang mie ayam.

"Sebelumnya jualan mie ayam, pakai gerobak dorong," kata Ahad kepada TribunnewsBogor.com.

Dia sudah bertahun-tahun menjadi pedagang mie ayam, namun pendapatannya tidak mengalami peningkatan.

Sedangkan di kampungnya tak ada lapangan pekerjaan lain yang lebih baik selain merantau.

"Di sini pekerjaan susah, bertani ada batasnya kan. Di sini banyak yang merantau ada yang ke Jakarta, Bogor, Jambi, Lampung, tersebar," tambah Pak Enen (55), kerabat korban.

Hal ini pun turut dirasakan korban Ajat Sudrajat.

Kesulitan ekonomi membuat dia memilih mengadu nasib dengan ikut bersama kerabatnya.

Yakni menjadi menjadi penambang di Banyumas demi menafkahi istri dan dua anaknya di kampung.

Bahkan pekerjaan penambangan emas ini pun baru korban lakoni tiga pekan sebelum musibah terjadi.

"Baru dia kerja jadi penambang, baru tiga minggu. Awalnya dia ikut kerabatnya, kalau kerabatnya (korban lain) mah sudah biasa," kata Pak Enen.

Enen menceritakan bahwa korban ini juga dikenal memiliki hobi bermain sepak bola.

Sudah banyak piala penghargaan yang dia juarai dalam sepak bola ini.

"Dia juga suka ngelatih sepak bola untuk anak-anak kecil," kata Pak Enen.

Atas musibah yang terjadi, keluarga mengaku ikhlas atas kejadian terjebaknya korban Ajat bersama kerabatnya yang lain di lubang tambang Banyumas ini.

"Jadi di sini mah udah menerima, udah pasrah, udah nasib lah," ungkapnya.

Diketahui, delapan penambang emas terjebak di lubang galian di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Delapan penambang itu dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang sejak Selasa (25/7/2023) malam lalu karena tiba-tiba datang air yang menggenangi area pertambangan.

Delapan penambang yang terjebak itu diketahui terdiri atas naman Cecep Suriyana (29 tahun), Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), serta Mulyadi (40) yang mana seluruhnya berasal dari Kabupaten Bogor.

Kecil Kemungkinan Bertahan

Ahli Forensik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. M. Zaenuri Hidayat menuturkan ada sejumlah kondisi yang memungkinkan 8 penambang di Banyumas yang terjebak dapat saja bertahan hidup.

Ia menjelaskan kondisi tersebut bisa saja terjadi apabila ada celah untuk aliran oksigen dari luar, manusia masih dapat bertahan hidup hingga satu minggu. 

Sementara itu potensi kematian yang terjadi adalah karena kelaparan.

"Apakah saat tertimbun masih ada celah yang cukup adanya aliran oksigen dari luar. 

Tentunya kalau ini yang terjadi, kematian bukan karena kekurangan oksigen, tapi karena kelaparan.

Kalau ini yang terjadi, maksimal bertahan hidup sampai 1 minggu," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).

Hari ini, Selasa (1/8/2023) Operasi SAR menyelamatkan delapan penambang yang terjebak di lubang tambang emas Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, menjadi hari yang terakhir. 

Memasuki hari terakhir, kondisi kedelapan penambang hingga hari ketujuh ini masih belum bisa dipastikan.

Zaenuri kemudian menyebutkan apabila tidak ada suplai oksigen, maka peluang bertahan hidup tergantung dari cadangan oksigen yang tersisa, serta luasan area tempat korban terjebak.

"Kalau tidak ada suplai oksigen dari luar, tentu semua tergantung cadangan oksigen yg tersisa di ruang tertutup tersebut," imbuhnya. 

Selain itu luasan rongga tempat korban terjebak juga mempengaruhi kemungkinan mereka bertahan hidup.

Luasan rongga tempat korban terjebak menentukan sampai kapan bisa bertahan di dalam ruang tersebut. 

"Kalau sangat sempit, apalagi dihuni 8 korban, dalam hitungan menit atau jam bisa saja menimbulkan kematian," katanya.

Fungsi blower yang digunakan para penambang tidak berfungsi untuk menambah oksigen, hanya menggerakkan udara saja.

Ia menjelaskan peluang bertahan hidup 8 penambang yang terjebak dalam lubang berisi air peluangnya minim.

Hal itu karena air menghambat aliran oksigen dari luar.

"Peluang bertahan kayaknya tidak mungkin kecuali air tidak menutup total saluran udara," jelasnya. 

Operasi SAR yang telah berlangsung selama 7 hari untuk menyelamatkan delapan penambang yang terjebak akan dihentikan, Selasa (1/8/2023).

Operasi SAR akan ditutup sekitar pukul 14.30 WIB dan ditandai dengan tabur bunga dan pemasangan prasasti di depan area lubang tambang. 

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Detik-detik Tambang Emas Banyumas Bocor, Ada Lubang Bocor dan Air Gede Masuk"

Berita Terkini