Berita Grobogan

Pusingnya Wali Murid di Grobogan, Anaknya di SMP Negeri Favorit Dimintai Sumbangan Rp 2,5 Juta

Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana SMP Negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah usai rapat pleno komite pleno sekolah tahun pelajaran 2023/2024, Sabtu (12/8/2023).

TRIBUNJATENG.COM - Memiliki anak yang sekolah di SMP Negeri Favorit di Grobogan tidak membuat wali murid berkurang pusingnya memikirkan biaya sekolah.

Pasalnya mereka tetap dikenaik biaya Sumbangan Pemngembangan Institusi (SPI) yang besarannya mencapai jutaan rupiah per tahun.

Meski bernama sumbangan, namun nominalnya ditetapkan.

Hal itu diungkapkan MNT (41)  wali murid yang mengeluhkan tarif uang sumbangan siswa baru di SMP Negeri 1 Purwodadi.

Baca juga: Wagub Jateng Taj Yasin Apresiasi Warga Grobogan Atas Penghargaan Adhi Karya Pembangunan Pertanian

Baca juga: Blora dan Grobogan Daerah Rawan Kekeringan di Jateng, 7,1 Juta Liter Air Bersih Siap Digelontorkan

Ia mengatakan, besaran uang sumbangan disampaikan dalam rapat pleno Komite Sekolah tahun pelajaran 2023/2024 di aula SMPN 1 Purwodadi akhir pekan lalu. 

Saat itu, kata dia, sudah diutarakan biaya SPI Rp 2,5 juta per siswa dengan batas waktu pelunasan satu tahun.

Belum lagi, wali murid juga dibebani membayar biaya untuk kain seragam baru Rp 1 juta.

"Uang sumbangan Rp 2,5 juta dengan jangka waktu setahun sangat memberatkan kami. Apalagi harus membayar biaya kain untuk seragam baru Rp 1 juta dan itupun keluar ongkos lagi untuk penjahit," kata warga Purwodadi ini kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).

Mewakili para orang tua siswa baru SMPN 1 Purwodadi, pedagang itu pun berharap uang SPI disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing.

Pun demikian juga dengan perealisasian seragam baru yang seharusnya bisa lebih mengedepankan nurani ketimbang bisnis.

Merujuk data SMPN 1 Purwodadi, saat ini total ada 352 siswa baru.

"Kalau orang mampu sih tidak masalah, tapi bagi yang kesusahan ekonomi itu justru menambah beban."

"Kenapa sekolah yang butuh dana, tapi kami yang mewujudkan. Untuk seragam kan bisa pakai bekas kakaknya atau beli seragam jadi yang lebih murah."

"Ini kayak aji mumpung jualan kain," tegas MNT.

Sementara itu AL (55) wali murid kelas IX SMPN 1 Purwodadi yang baru saja lulus pun mengutarakan kekecewaan serupa.

Halaman
123

Berita Terkini