TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menyambut bulan inklusi keuangan, safari Rupiah, sekaligus pembukaan Semarang Great Sale 2023, Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bersama Pemerintah Kota Semarang dan Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Jawa Tengah dan DIY bersinergi menggelar The Jewel Of Central Java di Lapangan Simpanglima Semarang, Sabtu - Minggu (28-29/10/2023).
Pada perhelatan ini beragam kegiatan dihadirkan sejak Sabtu malam, mulai dari edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah, sosialiasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), edukasi literasi keuangan, expo UMKM hingga pagelaran budaya yang berlangsung mulai Sabtu malam dengan rangkaian agenda Malam Budaya.
Kegiatan itu antara lain menampilkan tarian dengan mengangkat tema rupiah dan inklusi keuangan serta menghadirkan cerita perwayangan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Jawa Tengah agar lebih paham rupiah dan cerdas berinvestasi.
Baca juga: Dorong Inklusi Keuangan, Literasi untuk Pelajar Digencarkan
Turut hadir dalam rangkaian kegiatan itu Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra, Sekda Provinsi Jawa Tengah Sumarno, Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, dan Dewan Komisioner OJK Dian Ediana Rae, yang dikemas dalam sesi talkshow.
Kepala KPwBI Jateng Rahmat Dwisaputra menjelaskan, sinergi dilakukan sebagai upaya untuk mendorong peningkatan akseptansi literasi dan inklusivitas keuangan serta meningkatkan awareness penggunaan alat pembayaran yang aman dan praktis.
Hal ini tidak terlepas pentingnya memupuk rasa cinta dan bangga terhadap Rupiah.
Melalui tema The Jewel of Central Java, dengan kolaborasi tiga pihak tersebut diharapkan edukasi kepada masyarakat juga dapat lebih mudah tersampaikan.
"The Jewel of Central Java ini kita tahu bahwa budaya Jawa perlu dijaga kelestariannya dan tadi malam kami hadirkan cerita pewayangan dalam kegiatan ini. Kami ingin melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai Cinta, Bangga, Paham Rupiah. Artinya, di suatu negara wajib menggunakan mata uang rupiah dalam bertransaksi untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kita dan memajukan perekonomian Indonesia," kata Rahmat.
Rahmat juga menjelaskan, semakin maraknya kasus pemalsuan uang Rupiah, judi online hingga pinjaman online mendorong Pemerintah untuk memperluas edukasi kepada masyarakat.
Di samping itu juga perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap kejahatan online yang menjadi perhatian Pemerintah.
"Masyarakat perlu diingatkan kembali akan metode pembayaran yang aman yakni QRIS, serta diberikan edukasi terkait bahaya judi dan pinjaman online. Sehingga pada rangkaian kegiatan kali ini, kami mengkomunikasikan dengan cara unik yakni membalutnya dengan budaya agar lebih mudah dan menarik untuk dipahami," lanjut Rahmat.
Sekda Provinsi Jawa Tengah Sumarno menambahkan, Pemprov Jateng menyambut gembira kegiatan tersebut.
Sebab bicara masalah literasi maupun inklusi keuangan, ia mengatakan itu adalah bagian dari tanggung jawab Pemprov Jateng untuk mendorong peningkatannya.
Apalagi di tengah maraknya berbagai aduan mengenai pinjaman online ilegal, menurutnya menjadi persoalan serius yang perlu diselesaikan.
"PR kita sekarang ini masalah rentenir yang pindah ke online atau pinjol ilegal. Ini PR berat kita bersama, karena kami Pemprov Jateng terima banyak aduan masalah Pinjol. Ini tantangan kita, juga perbankan tentang bagaimana akses permodalan bisa menghilangkan rentenir lebih dalam lagi," kata Sumarno.