Lebih dari 10.000 warga Palestina dilaporkan telah terbunuh dalam respons Israel terhadap serangan Hamas.
Israel mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan lebih dari 200 sandera yang diyakini ditahan di Gaza.
Setelah serangan terakhir, tetangga Alaloul, Said al-Najma, dan puluhan warga lainnya langsung berupaya membersihkan puing-puing untuk menemukan korban yang selamat.
Mereka mencari di antara lempengan-lempengan beton yang berjatuhan dan berlumuran darah.
Namun, seringkali yang mereka temukan hanyalah mayat atau potongan-potongan tubuh.
"Kami tidak punya apa-apa untuk mencari atau membersihkan reruntuhan," kata Najma.
Kadang-kadang dalam pencarian ini, ada harapan. Ketika seseorang ditarik dari bawah reruntuhan dalam keadaan hidup, warga akan langsung membawa mereka melewati puing-puing ke mobil dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.
Namun lebih sering, mereka yang berada di bawah reruntuhan sudah meninggal, dan jenazahnya dengan cepat ditutupi.
"Anda akan membutuhkan buldoser untuk menghancurkan tembok-tembok yang masih berdiri agar para penggali dapat mengakses dan mengeluarkan korban yang tewas dan terluka," ujar seorang warga, Abu Chandi Samaan (55)m yang telah mengais-ngais reruntuhan.
Dia berucap, di atas segalanya, yang paling membantu adalah diakhirinya perang ini.
"(Namun) Tidak ada yang menyuruh Israel untuk berhenti," keluhnya.
"Sementara kami tidak memiliki air, makanan, atau apa pun yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup.
Orang-orang yang masih hidup di sini adalah mereka yang tidak diinginkan oleh kematian," ucap dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jurnalis di Gaza: Kemarin Saya Menangisi Anak Orang Lain Tiada, Hari Ini Sayalah yang Kehilangan"