Berita Sukoharjo

Semangatnya Tak Memudar Meski Berusia 77 Tahun, Inilah Sosok Mbah Giyem Pedagang Serabi di Sukoharjo

Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret Mbah Giyem saat berjualan serabi jawa menggunakan arang di timur lampu merah Bulakrejo, Sukoharjo, Sabtu (6/1/2024).

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Usia bukanlah hambatan untuk berjuang hidup mencukupi kebutuhan sehari- hari.

Prinsip ini yang mungkin ada di benak Mbah Giyem, pedagang serabi di Kabupaten Sukoharjo.

Mbah Giyem saat ini berusia 77 tahun.

Dia terlihat sigap melayani pembeli.

Tak ada keluh di raut wajahnya saat meracik serabi Jawa tersebut.

Baca juga: Inilah Sosok Rohmadi, 27 Tahun Jadi Pandai Besi di Pasar Gawok Sukoharjo, Sehari Bisa Bikin 20 Alat

Baca juga: Satu Caleg di Sukoharjo Tersandung Kasus Pidana, Diputus Hukuman 2 Tahun Penjara, Ini Kata KPU

Namanya, Mbah Giyem. 

Dia seorang pedagang serabi di pinggir jalan di Kabupaten Sukoharjo. 

Bicara usia, tentu Mbah Giyem tidak muda lagi, sebab usianya masuk 77 tahun sekarang ini. 

Namun, semangatnya untuk mencukupi hidup masih ada. 

Mbah Giyem berjualan serabi Jawa di pinggir jalan. 

Biasanya dia membuka lapak di timur lampu merah Bulakrejo, Sukoharjo.

Mbah Giyem berjualan serabi Jawa sejak 2018, sebelum pandemi Covid-19.

"Sebelum corona, saya sudah jualan," ucap Mbah Giyem seperti dilansir dari TribunSolo.com, Minggu (7/1/2023).

Dia tak sendiri, dahulu sempat dibantu oleh sang anak.

Namun karena anak mbah Giyem sedang sakit, dia harus berjuang sendiri untuk membuka usaha kecilnya itu.

Serabi Jawa itu usahanya yang ketiga kalinya. 

Baca juga: Bupati Etik Kukuhkan Pengurus KSBN di Taman Budaya Sukoharjo: Jalankan Amanat UU Pemajuan Kebudayaan

Baca juga: Polisi di Sukoharjo Turba ke Puluhan Bengkel Motor, Kompol Daryanta: Knalpot Brong Meresahkan

Di masa muda, pada 1982, selama 20 tahun Mbah Giyem berjualan jamu gendong di Ibu Kota Jakarta masa itu. 

Dia mengenalkan jamu racikannya asli Sukoharjo di kota metropolitan. 

"Selama 20 tahun jualan jamu di Jakarta, pertama kali pada 1982 saya masih muda."

"Karena semakin tua dan tidak kuat menggendong jamu, saya memilih pulang kampung untuk berjualan gorengan dan soto," paparnya. 

Nasib Mbah Giyem pun tidak selesai di situ,

Soto dan gorengan milik Mbah Giyem tidak berjalan pada 2017.

Pada akhirnya, 2018 mbah Giyem membuka usaha kecil yakni serabi Jawa. 

"Serabi Jawa ini terbuat dari bahan beras dihaluskan, kambil dan garam, lalu dibakar menggunakan tungku arang selama 5 menit."

"Setelah itu disebarkan dengan kambil parutan dan dicampur dengan gula Jawa," terangnya.

Dia memilih menggunakan arang karena api dari arang itu sangat stabil sehingga mempunyai cita rasa sendiri. 

"Kalau pakai gas ya bisa, tapi matangnya lama dan cita rasanya kurang."

"Juga mengirit pengeluaran uang," imbuhnya. 

Serabi yang dia tawarkan itu dijual dengan harga yang sangat terjangkau yakni Rp 2.000. 

Selain itu, Mbah Giyem buka lapak pukul 13.00 sampai habis. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kisah Nenek Giyem di Sukoharjo, Usia 77 Tahun, Masih Berjuang Berjualan Serabi di Pinggir Jalan

Baca juga: Pengunjung Taman Balekambang Solo Bakal Ditarik Retribusi, Dikelola Pihak Ketiga

Baca juga: Inilah Wajah Baru Feeder BST, Gunakan Mobil Luxio Warna Dominan Biru Toska

Baca juga: Komedian Jarwo Kwat Dihujat! Beredar Potongan Video Peluk Chateez: Saya Kaget Kok Jadi Heboh

Baca juga: Mulai 15 Januari, 106.642 Anak di Boyolali Disuntik Vaksin Polio

Berita Terkini