TRIBUNJATENG.COM, YOGYAKARTA - Sejak 4 Januari 2021, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memasuki fase erupsi efusif.
Awan panas guguran di Gunung Merapi beberapa waktu ini sering terjadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi di puncak.
Disampaikan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, suplai magma di Gunung Merapi masih terus berlangsung.
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Guguran Sejauh 2 Km, Panasnya Bisa Capai 12 Kali Air Mendidih
Hal tersebut berdasarkan data kegempaan maupun deformasi.
"Kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan.
Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujarnya, Minggu (21/1/2024).
Pertumbuhan kubah lava
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) saat ini masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III).
Agus mengaku masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Siaga.
Sebab jarak luncur awan panas guguran masih berada di dalam radius bahaya yang direkomendasikan.
"Jarak luncur dari awan panas yang selama ini terjadi masih di daerah potensi bahaya.
Kalau misalnya itu sudah diperkirakan akan melebihi potensi bahaya dan akan berdampak ke pemukiman baru kita nanti evaluasi," tandasnya.
Diungkapkan Agus, status Siaga Gunung Merapi sudah berlangsung 3 tahun lebih sejak 5 November 2020.
Sampai dengan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
"Ya (aktivitas Gunung Merapi) masih tinggi, yang seperti ini memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini.