"Tidak hanya pemerintah, karena ekosistem yang sudah rusak dahsyatnya kami mengajak sedulur sikep yang lain agar kita tetap ingat bahwa kita dihidupi oleh ibu bumi, jadi ya harus kita rawat dengan tidak merusak," jelasnya.
Gunretno menjelaskan secara filosofis Lamporan. Lampor berarti hama. Namun hama yang dimaksud bermakna luas. Bukan hanya hama yang menyerang tanaman petani.
"Kebijakan undang-undang yang tertulis, ketika itu tidak berpihak pada rakyat itu bagian dari hama, maka ini jangan dibiarkan," terangnya.
Sementara itu, Bupati Blora Arief Rohman, mengapresiasi dengan kegiatan tahunan ini. Arief berharap acara melestarikan kebudayaan yang digelar sedulur sikep bisa terus digelar. Dan merekatkan tali silaturahmi sedulur sikep yang ada di seluruh Indonesia.
"Kami dari Pemerintah Kabupaten Blora, mengapresiasi setinggi-tingginya, semoga kegiatan ini bisa kita laksanakan secara rutin, minimal setahun sekali. Dan ini menjadi daya tarik wisata yang ada di kabupaten Blora," tuturnya. (Iqs)
Baca juga: Dongeng Anak Sebelum Tidur Kelinci dan Kakek Pohon Pinus
Baca juga: Belum Selesainya Pembangunan Collector Drain Jadi Penyebab Desa Dorang Jepara Jadi Langganan Banjir
Baca juga: Apa Hukum Membatalkan Puasa dengan Sengaja? Berikut Penjelasannya
Baca juga: Jalan Alternatif Pati-Grobogan di Tambakromo Longsor, Pengendara Diminta Ekstra Hati-Hati