Tidak hanya Eka belaka yang merasakan manfaat atas produksi slondoknya, tetapi ada tetangga yang turut merasakannya. Sejak membuka produksi slondok secara mandiri Eka telah mempekerjakan lima tetangganya. Mereka adalah para janda atau orang-orang yang putus sekolah.
“Tetangga itu kami ajak kerja bareng misalnya untuk bantu jemur slondok,” kata Eka.
Dengan usaha slondok yang telah dijalankan selama kurang lebih 11 tahun itu Eka mampu membangun rumah dan membeli mobil. Kini usahanya yang digelutinya telah berjalan lancar. Namun Eka tidak mau berhenti, dia tetap ingin melakukan inovasi termasuk ingin produknya diekspor ke mancanegara.
“Selama ini ada beberapa teman yang di Malaysia yang membawa produk saya. Dari situ saya terpikir agar ke depan bisa ekspor produk,” kata Eka.
Sementara Pimpinan Cabang BRI Kudus Iman Indrawan mengatakan, hadirnya KUR memang sangat membantu pelaku usaha kecil termasuk usaha yang dirintis Eka. Sebagai perbankan selalu siap untuk memfasilitasi pelaku usaha kecil yang butuh modal untuk mengembangkan usaha.
“Soalnya kalau pelaku usaha mikro kecil maju, kami juga kena dampak dari itu,” kata Iman.
KUR bisa dikatakan sebagai penyelamat bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Skema pinjaman tersebut bunganya disubsidi oleh pemerintah, makanya pelaku tidak merasa terbebani.
“KUR itu dana masyarakat. Dana masyarakat yang ditabung ke bank yang disalurkan dalam bentuk kredit itulah asal dana KUR itu. Yang membiayai bukan BRI bukan pemerintah, tapi masyarakat juga. Tugas BRI hanya menyampaikan KUR . Yang jelas tetap menggunakan analisa-analisa ketentuan yang berlaku baik di BRI maupun ketentuan yang dibuat pemerintah,” kata Iman.(*)