Berikut ini video konflik internal, 25 DPD yyatakan mosi tak percaya pengurus DPW PSI Jateng.
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Sebanyak 25 dari 34 DPD PSI se-Jawa Tengah menggulirkan mosi tidak percaya terhadap pengurus DPW PSI Jateng.
Hal itu lantaran terjadi permasalajan di struktural partai tersebut di bawah kepemimpinan Antonius Yogo Prabowo.
Mereka meningkan agar Yogo dicopot sebagai ketua DPW PSI Jateng.
Ketua DPD PSI Kabupaten Jepara, Albert Siahaan menyebut langkah ini dilakukan oleh kader PSI di tingkat daerah bukan karena banyak keder yang tidak berhasil melenggang ke dewan.
"Ini dalam rangka agar PSI ke depan lebih baik lagi. Harapannya, kami bisa lebih berbuat lebih lagi ntuk bangsa lewat Partai. Apalagi sejak awal, semangat PSI adalah membina generasi muda agar bisa berkiprah di politik. Sehingga, kami ingin pemimpin yang bisa mengayomi pengurus," kata Albert di Solo, Selasa (30/4/2024).
Dia menjelaskan para kader di partai merasakan diskriminasi pada saat pemilu lalu.
Di mana kepemimpinan DPW yang yang saat ini menjalankan roda kepemimpinan dan kepartaian tidak sesuai aturan.
"Misalkan ketua DPW (Yogo) melakukan penggantian pengurus di tingkat DPD tidak sesuai aturan atau inkonstisional," jelasnya.
Manurutnya, ada aturan dari DPP, di mana struktural DPD tidak boleh diganti selama masa Pemilu berlangsung.
Tetapi ada beberapa DPD yang diganti strukturalnya di masa kampanye oleh DPW, sehingga terjadi kekacauan di tubuh partai pada saat pemilu," tambahnya.
Lebih lanjut, menurutnya, kepemimpinan Yogo juga dinilai tidak transparan dalam memberikan informasi, terutama terkait anggaran kepartaian.
"Jadi kami tidak tahu informasi apa yang ada di DPW, terutama keuangan ya. Padahal itu seharusnya kita tahu," terangnya.
Selain itu, juga ada seringnya keputusan mendadak dari Yogo juga dinilai menjadi permasalahan dalam kepemimpinanya.
"Salah satu contohnya kasus di Blora. Di mana, DPD setempat diminta mempersiapkan kampanye untuk DPW PSI Jateng. Tetapi pada hari H ternyata batal tanpa pemberitahuan, padahal sudah ada 1.000 orang yang datang," tuturnya.
Yogo juga dinilai tidak mampu membangun komunikasi antar caleg. Sehingga sering terjadi kekisruhan diakar terkait daerah pemenangan masing-masing.
Terjadi tumpang tindih di basis kemenangan.
"Saya (sebagai caleg) mengalami itu, jadi ada wilayah yang masuk wilayah kemenangan saya, tapi ada caleg lain yang masuk. Padahal itu seharunya diatur oleh DPW," tandasnya.