Itu mampu melaju dengan kecepatan antara 5 sampai 10 kilometer per jam dengan tergantung bebannya.
"Jarak ke SD juga cuma 2 kilometer, jadi masih bisa dipakai."
"Selain itu, sepeda ini juga lebih aman."
"Harga sepeda motor bekas sama ini juga hampir sama," terang dia.
"Kalau diparkir di sekolah bisa nge-charge sendiri, tergantung cuaca matahari, yang penting tidak ada halangan untuk pengecasan panel suryanya," tambahnya.
Baca juga: Bahagianya Niken Usai Operasi Caesar di Sragen, Lahirkan Bayi Kembar 3 Identik, Semuanya Sehat
Baca juga: Pemkab Sragen Tak Larang Study Tour, Tapi Sekolah Wajib Penuhi Beragam Syarat Ini
Panel surya yang terpasang aman bila terkena air hujan.
Andi mengungkapkan dirinya membutuhkan biaya perakitan sepeda tenaga surya Rp 3 juta.
"Komponennya semuanya beli, untuk panelnya beli, motornya juga beli," ucap dia.
"Jadi saya rakit, beli komponennya di Indonesia ada, saya belinya di Yogyakarta," imbuhnya.
Andi saat ini masih melakukan beberapa pengembangan, terutama membuat pelindung untuk mesin motor sepeda.
Sebelumnya, Andi pernah mengenyam bangku perguruan tinggi dan mengambil jurusan Teknik Mesin di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.
Karena tidak punya biaya, Andi memutuskan untuk berhenti kuliah, meski tinggal menyusun skripsi.
Gagal mendapatkan gelar di perguruan tinggi, tak membuat Andi diam begitu saja.
Dia lantas membuka bengkel konstruksi logam, untuk membuat mesin-mesin UMKM, pemasangan kanopi, hingga teralis.
Usaha itu sudah dia jalankan selama 3 tahun terakhir dan sudah berbadan hukum.