Oleh: Medi Yusva
Koordinator Regional Jawa Tanoto Foundation
DUNIA layar lebar Indonesia sempat digegerkan dengan kehadiran film horor terbaru yang diputar pada momen Idul Fitri.
Bagaimana tidak, film tersebut viral bukan karena berhubungan dengan momen hari besar umat Islam, tetapi lantaran kisah nyata yang diangkat adalah kematian seorang gadis karena ulah oknum geng motor.
Hal ini pun memicu perbincangan hangat dari berbagai kalangan, tak terkecuali Gen Z. Tidak hanya alur cerita dan sinematografi, penegakan hukum di Indonesia juga tak luput dari sorotan sikap kritis para warganet yang menonton film ini.
Penonton terus terdorong untuk menelusuri kebenaran cerita dan menghindari kesimpulan yang didapatkan hanya dari film. Dalam hal ini, penonton perlu memiliki keterampilan literasi informasi.
Literasi informasi menjadi penting sebab seseorang akan dapat mengevaluasi dan memeriksa kebenaran dari informasi yang didapatnya.
Hal ini tentu akan menyelamatkannya dari pusaran berita palsu nan merugikan. Seperti pentingnya literasi informasi, kemampuan literasi dan numerasi yang baik secara fundamental diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan literasi dan numerasi yang baik akan membantu seseorang memahami bacaan dengan baik, menilai data dan statistik yang mungkin terkait dengan kasus nyata, memahami laporan media dengan lebih baik, dan membuat keputusan berdasarkan bukti yang akurat.
Bekal Dasar
Keterampilan literasi dan numerasi menjadi bekal dasar yang semestinya dimiliki oleh seseorang agar senantiasa kompeten dan mampu beradaptasi di era digital seperti saat ini. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan tuntutan pasar kerja yang semakin cepat, dua keterampilan ini menjadi semakin vital.
Keterampilan literasi dan numerasi juga tidak hanya memengaruhi kualitas pendidikan, tetapi berdampak pula pada kesempatan kerja, kesejahteraan sosial, dan kemajuan ekonomi suatu bangsa (laporan IPLM Perpusnas, 2022).
Keterampilan literasi dan numerasi yang rendah berpengaruh pada peningkatan kemiskinan dan angka pengangguran, serta kesenjangan sosial yang semakin melebar. Angka keterampilan literasi dan numerasi terus menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak.
Mengutip data Rapor Pendidikan Kemendikbudristek 2024, tercatat peningkatan capaian rata-rata kompetensi literasi dan numerasi pada jenjang SD hingga SMA dari tahun 2021 hingga 2023.
Pada jenjang literasi, capaian SD meningkat dari 55,88 pada 2021 menjadi 58,37 pada 2023, SMP dari 59,24 menjadi 66,80, dan SMA dari 60,77 menjadi 65,07. Pada numerasi, capaian SD meningkat dari 34.88 pada 2021 menjadi 46,33 pada 2023, SMP dari 37,95 menjadi 54,53, dan SMA dari 50,07 menjadi 58,19.
Peningkatan ini menunjukkan capaian di atas target nasional, seperti literasi SD yang melebihi target 54,86 dan numerasi SD yang melebihi target 40,97 pada 2023. Apresiasi patut diberikan atas peningkatan yang konsisten ini, namun upaya berkelanjutan diperlukan untuk mencapai standar negara maju.
Teori Ekologi
Sebagai tanggapan atas hal ini diperlukan pendekatan yang komprehensif, saling berkaitan, dan berkesinambungan, atau dapat disebut dengan penanganan terpadu. Penanganan ini merujuk pada Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner yang menjelaskan bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh interaksi antara individu dan lingkungannya, termasuk perkembangan dalam kemampuan literasi dan numerasi.
Lingkungan tersebut terdiri dari berbagai sistem yang saling terpadu, termasuk keluarga, sekolah, komunitas, dan kebijakan publik. Bronfenbrenner menjelaskan setidaknya ada 5 tingkat lingkungan yang berpengaruh, mulai dari mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Dimulai dari tingkat mikrosistem, optimalisasi perpustakaan dan penerapan konsep MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) dalam pembelajaran langsung di kelas membantu memperkaya pengalaman belajar peserta didik.
Optimalisasi perpustakaan mencakup peningkatan koleksi buku, aksesibilitas internet, dan program-program literasi. Tidak hanya pemerintah kota/kabupaten yang berkewajiban mengoptimalkan perpustakaan, tetapi di tingkat sekolah pun perlu dilakukan, seperti pengoptimalan sarana prasarana serta kemudahan dalam mengakses bahan bacaan yang ada, pelibatan peserta didik dan guru sebagai sasaran pengguna aktif, hingga evaluasi program perpustakaan. Hal ini juga menjadi bagian dari program peningkatan kualitas sekolah dari Tanoto Foundation melalui program perpustakaan hibrida.
Adapun MIKiR merupakan konsep pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk berperan aktif dan kreatif, mampu berkolaborasi dalam tim, dan dapat berpikir kritis selama pembelajaran berlangsung. Konsep pembelajaran yang dilakukan oleh Tanoto Foundation sejak 2018 silam ini telah diimplementasikan kepada sekolah mitra di 5 provinsi.
Ingin Tahu
Konsep pembelajaran aktif MIKiR menantang guru untuk berpikir kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang memancing rasa ingin tahu peserta didik melalui teori dan praktik langsung. Peserta didik berkesempatan mencoba dan merasakan pengalaman belajar secara langsung.
Pada tingkat Mesosistem mencakup pengintegrasian literasi dan numerasi dalam kurikulum serta peningkatan kualitas guru melalui pelatihan, yang memperkuat hubungan antara sekolah dan rumah. Literasi dan numerasi harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dari tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pengintegrasian literasi dalam kurikulum sekolah mencakup pengembangan materi dan pembelajaran tematik.
Pengembangan materi pembelajaran yang mendukung peningkatan keterampilan literasi dan numerasi dapat berupa praktik membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara yang dapat disisipkan ke dalam kegiatan belajar.
Peserta didik dapat berpraktik langsung, seperti pemodelan di depan kelas dan kesalahan yang dilakukan dapat menjadi bahan pembahasan materi belajar ataupun evaluasi bersama saat di kelas.
Sementara itu, pembelajaran tematik dapat dipilih sebagai bentuk pengintegrasian literasi numerasi dalam kurikulum. Ini akan memudahkan peserta didik dalam pemahaman konsep materi pembelajaran. Peserta didik dapat melihat relevansi literasi dan numerasi dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu, peningkatan kualitas guru melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Hal ini menjadi penting karena guru adalah kunci kegiatan belajar di kelas dan mereka perlu memiliki kemampuan mengajar dengan metode yang inovatif, menerapkan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, serta memfasilitasi pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
Ini seperti yang telah dilakukan oleh Tanoto Foundation kepada para guru dan kepala sekolah fasilitator daerah kabupaten/kota mitra demi mendorong mereka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, membuat pelajaran lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik, serta meningkatkan keterampilan manajemen sekolah secara keseluruhan.
Pada tingkat Eksosistem, dukungan dari organisasi filantropi dan swasta menyediakan sumber daya tambahan dan program pendukung yang memperkaya lingkungan belajar. Organisasi filantropi dan sektor swasta memiliki peran penting dalam mendukung peningkatan keterampilan literasi dan numerasi.
Bentuk dukungan berupa dana hibah salah satunya yang dapat dialokasikan sesuai kebutuhan sekolah atau komunitas penggerak, seperti pelatihan peningkatan literasi dan numerasi untuk guru.
Organisasi filantropi dan swasta dapat pula berperan sebagai penyelenggara program pelatihan bagi guru, calon guru, dan tenaga pendidik lainnya untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mengajar dan mengelola program literasi dan numerasi.
Bentuk dukungan lainnya dapat berupa advokasi kebijakan pendidikan yang mendukung peningkatan keterampilan literasi numerasi di tingkat lokal ataupun nasional melalui peran aktif dalam berdialog dengan pemerintah terkait menciptakan kebijakan baru yang relevan.
Hal ini masuk pada tingkat Makrosistem yang mencakup kebijakan pendidikan dan nilai-nilai budaya yang mendukung pentingnya literasi dan numerasi, serta memastikan dukungan kebijakan yang tepat.
Cerdas dan Kompeten
Pada tingkat Kronosistem, kolaborasi dan koordinasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan organisasi eksternal menciptakan perubahan berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Hanya dengan bekerja sama dan saling mendukung, visi misi tercapainya peserta didik menjadi masyarakat yang cerdas dan kompeten dalam menghadapi tantangan zaman dapat diwujudkan.
Pendekatan ilmiah yang melibatkan berbagai aspek menjadi kunci dalam peningkatan keterampilan literasi dan numerasi. Melalui upaya bersama dari berbagai pihak, diharapkan dapat tercipta lingkungan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, serta mampu meningkatkan keterampilan literasi numerasi secara signifikan.
Penanganan terpadu ini memastikan bahwa semua sistem lingkungan bekerja bersama untuk meningkatkan literasi dan numerasi peserta didik secara holistik dan berkelanjutan. Guna mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak untuk terus berkolaborasi memajukan keterampilan literasi dan numerasi Indonesia. (*)
Baca juga: Nilai Transaksi Judi Online Capai Rp600 Triliun di Kuartal Pertama 2024
Baca juga: Empat Ribu Warga Terdampak Banjir Nias Mengungsi
Baca juga: Iptu Rudiana Dilaporkan ke Polres, Kuasa Hukum Saka Tatal Duga Ada Rekayasa dalam Kasus Vina Cirebon
Baca juga: ALASAN Warga Kembalikan Sampah ke Rumah Pembuang, Untuk Efek Jera