TRIBUNJATENG.COM - Kisah gagal menikah karena uang panai yang terlalu tinggi seringkali terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berbeda dengan mahar, uang panai diberikan calon mempelai pria untuk membiayai resepsi pernikahan.
Biasanya, uang panai diberikan dari calon pengantin pria sesuai permintaan keluarga calon mempelai wanita.
Baca juga: Buah Bibir : Putri Isnari Jelaskan Uang Panai Rp 2 Miliar
Semakin besar uang panai maka semakin mewah resepsi pernikahan yang digelar dan menjadi kebanggan pihak perempuan.
Sementara mahar adalah pemberian dari calon pengantin pria kepada mempelai wanita yang akan menjadi milik si perempuan.
Mahar bisa berupa uang atau barang, seperti emas, berlian, rumah atau mobil.
Uang panai adalah tradisi Suku Bugis-Makassar.
Seringnya pihak keluarga mempelai wanita meminta uang panai tinggi, hingga ratusan juta bahkan miliaran, membuat banyak pasangan kekasih yang akhirnya batal menikah.
Sebab, sang pria tak sanggup memenuhi permintaan uang panai dari calon mertuanya.
Ternyata, kisah gagal menikah gegara uang panai tidak hanya dialami orang biasa.
Seorang polisi, alumni Akpol, bahkan pernah menjadi korban gagal menikahi wanita Bugis karena tingginya uang panai yang dimintai calon mertuanya.
Polisi itu adalah Kombes Pol Mokhamad Ngajib (52), yang kini menjabat Kapolrestabes Makassar.
Kisah Kombes Ngajib ini terjadi 27 tahun silam.
Yang dia ceritakan kepada sejumlah wartawan Makassar.
"Saya ini korban uang panai loh Mas," ujar perwira polisi kelahiran 1972 ini kepada jurnalis di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota, kawasan Toddopuli, Panakkukang, Makassar, akhir pekan ini.