Berita Purbalingga

Kisah Mokhamad Ngajib Perwira Asal Purbalingga Gagal Menikah Karena Panai, Kini Mantan Menyesal?

Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokhamad Ngajib didampingi Kapolsek Tallo AKP Ismail saat memberikan keterangan resmi terkait tahanan kabur dari sel penjara di Polsek Tallo, Jalan Gatot Subroto, Kota Makassar, Sulsel, Rabu (19/7/2023).

Dua setengah dekade lalu, kata pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah ini, drama romantisme uang panai' itu membuatnya nyesek.

Kala itu, Ngajib jatuh hati ke gadis Bugis-Makassar.

Tak bertepuk sebelah tangan, cinta Ngajib disambut suka cita si wanita.

"Saat itu masih anak kos. Baru setahun lepas dari Akpol, 1996 dan saya ditugaskan jadi panit (perwira unit) reserse Polwiltabes (Makassar)," ujar alumnus Akpol Semarang 1995 itu.

Berkenalan dan dekat lebih setahun, Ngajib pun berencana melanjutkan tahap pacaran itu ke level serius, lamaran.

Si gadis bahagia. Ibu calon mertuanya tak kalah gembira.

Orangtua dan kerabat Ngajib, di Purbalingga, pun bersuka cita.

Waktu, tempat dan prosesi lamaran bersendi Islam dan adat Bugis-Makassar juga disepakati.

Kendala mulai muncul. Sesi pembicaraan lamaran pun sampai ke tahap uang panai'; besaran uang belanja atau ongkos pesta.

"Ibu pacar saya sudah setuju. Besaran uang panai' hanya formalitas," kenang Ngajib.

Sayang, cinta dan uang panai formalitas itu kandas di sikap calon mertua lelaki.

"Bapaknya tak setuju. Uang panai' itu yang harus dibayar saat seserahan (mappettuada)."

Bagi Ngajib dan kultur Jawa, uang panai khas Bugis Makassar itu, termasuk wah, dan mengejutkan.

"Untuk ukuran kami di Jawa itu buwessaaaarr sekali," ujarnya dengan mimik serius.

Berapa sih?

Halaman
1234

Berita Terkini