Karena sudah rusak, Sandi dan petugas damkar lainnya sudah sempat meminta masker respirator yang baru ke Dinas Damkar Kota Depok.
Namun, permintaan masker respirator yang diajukan tidak pernah ditanggapi oleh pihak terkait.
Tak ada ambulans damkar
Selain masker SCBA, ambulans damkar juga tak ada saat proses pemadaman kebakaran rumah potong ayam di Pasar Cisalak. Yang ada adalah ambulans dari sukarelawan.
"SOP damkar itu setiap ada kebakaran, itu diwajibkan harus ada ambulans damkar yang mendampingi. Sedangkan ambulans kita pun enggak ada di TKP, itu sudah bertahun-tahun," ujar Sandi.
Sandi mengatakan, sejatinya ada dua ambulans damkar yang disiagakan di Mako Brimob Kelapa 2 Depok.
Ambulans tersebut sengaja diletakkan di Mako Brimob karena lokasinya berada di tengah-tengah. Namun, ambulans tersebut tak pernah ikut mendampingi petugas damkar saat terjadi peristiwa kebakaran.
"Jadi kalau misalnya ada kebakaran di Sawangan, ya mereka (ambulans damkar) harusnya meluncur juga. Misalnya di Cimanggis, mereka meluncur. Tapi faktanya bertahun-tahun enggak pernah seperti itu," kata Sandi.
"Enggak pernah dilaksanakan sama pejabat (ambulans damkar harus mendampingi petugas damkar). Padahal kita udah minta, wajib ya. Kita juga protes tapi nihil," imbuhnya.
Dugaan korupsi
Berbagai kerusakan dan minimnya peralatan untuk damkar Kota Depok mengindikasikan adanya dugaan korupsi di Dinas Damkar Depok. Sandi sendiri sudah berkoar-koar soal dugaan korupsi di Dinas Damkar Depok.
Bahkan, Sandi sudah melaporkan dugaan korupsi di Dinas Damkar Kota Depok ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Depok.
Pengacara Sandi, Deolipa Yulimara, memperkirakan potensi kerugian atas dugaan korupsi tersebut diperkirakan miliaran rupiah.
"Kalau potensi kerugian kan ada anggarannya tuh di Kota Depok, anggaran buat Damkar ya. Jadi potensi kerugiannya bisa Rp 1 miliar-Rp 4 miliar gitu," ucap Deolipa saat ditemui di Kejaksaan Negeri (Kejari) Depok, Senin (9/9/2024).
Namun, perkiraan kerugian akan terlihat lebih jelas saat menunggu hasil pemeriksaan jaksa.