TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Sejumlah peternak di Kabupaten Kudus khawatir kalau hewan ternaknya terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kekhawatiran mereka sangat wajar, mengingat virus ini bisa membuat hewan ternak mereka mengalami penurunan kesehatan bahkan risiko terburuknya yakni mati.
Dengan adanya PMK ini juga membuat penjualan hewan ternak di Kudus mengalami penurunan harga. Dari pantauan Tribunjateng.com di pasar ternak, adanya wabah PMK membuat hewan ternak menurun harga jualnya. Misalnya satu ekor kerbau muda yang biasanya bisa mencapai Rp 20 juta per ekor, saat ini harganya turun di kisaran Rp 18 juta per ekor.
“Waktu ramai PMK ini setiap kali jualan kerbau di pasar kadang laku, kadang tidak. Kalau sebelumnya meskipun hanya satu ekor pasti laku terjual di pasar,” ujar Sunardi yang biasa berjualan kerbau di Pasar Hewan Gulang.
Kemudian peternak lainnya Ahadi Husen mengatakan, PMK memang sudah terjadi sejak 2024. Kemudian saat ini kembali mewabah. Dia khawatir kalau PMK yang kembali mewabah ini lebih ganas.
“Kalau waktu 2024 PMK terkena hewan itu sampai kukunya copot hewan tidak mau makan tetapo bisa sembuh. Kalau yang sekarang khawatirnya bisa lebih ganas. Meskipun hewan kena PMK, kukunya belum copot dan masih mau makan tetapi khawatirnya bisa lebih mematikan,” kata Ahadi.
Peternak lainnya Susanto di Desa Singocandi, Kecamatan Kota Kudus juga merasakan kekhawatiran serupa. Pengelola sapi perah ini mengatakan, PMK selain menurunkan kesehatan hewan ternak juga menurunkan kuantitas produksi susu sapi.
“Tentu ini membuat peternak merugi,” kata Susanto.
Pada 2024 lalu dari 20 ekor ada seekor sapi miliknya yang terserang PMK. Untungnya bisa sembuh. Dia tidak ingin kali ini sapi perah yang setiap hari dirawatnya kembali terkena PMK. Tidak tidak ingin rugi karena PMK menurunkan kesehatan sapi perahnya.
“Kalau sudah kena PMK sapi itu sudah tidak mau makan, kemudian kalau kakinya sakit itu sapi tidak mau tidur. Otomatis kesehatannya terganggu,” kata dia.