TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Kondisi memprihatinkan dialami siswa SDN 2 Purwosari, Kabupaten Kudus, pada hari pertama masuk sekolah pascalibur Ramadan, Kamis (6/3/2025).
Semangat siswa untuk kembali belajar masih dihadapkan pada keterbatasan ruang kelas akibat runtuhnya atap kelas 5 sejak 12 Februari lalu.
Pihak sekolah terpaksa merancang skema pembelajaran kondisional dengan merelokasi kelas yang terdampak ke ruangan lain yang lebih aman.
Siswa kelas 4, 5, dan 6 dipindahkan ke ruang laboratorium bahasa, UKS, dan perpustakaan sebagai tempat belajar sementara.
Sebanyak 19 siswa kelas 5 mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di ruang UKS, sementara siswa kelas 4 dan 6 menempati ruang kelas 2 dan 3.
Akibatnya, siswa kelas 2 dan 3 terpaksa dipindahkan ke ruang laboratorium bahasa dan perpustakaan.
Secara umum, kegiatan belajar mengajar berjalan lancar meski dengan kondisi darurat.
Namun, siswa kelas 3 yang berjumlah 14 orang harus belajar di perpustakaan dengan kondisi ruangan sempit.
Mereka terpaksa lesehan karena tidak bisa menggunakan meja dan kursi seperti di ruang kelas biasa.
Selain itu, ruangan yang juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang membuat udara terasa lebih pengap.
Hal ini dirasakan oleh Adia Fara Fathina, siswi kelas 3 SDN 2 Purwosari.
"Lebih enak belajar di kelas, di sini (perpustakaan) pengap," ujarnya.
Sejak atap kelas 5 runtuh pada 12 Februari, mereka sudah menempati perpustakaan sebagai ruang belajar sementara.
Wali kelas 3, Kuswatun Chasanah, mengakui bahwa anak didiknya merasa kurang nyaman karena beberapa kendala.
Pertama, siswa harus lesehan, sehingga mereka repot saat harus melepas dan memakai sepatu saat keluar-masuk kelas, misalnya ke kamar mandi.