"Edukasi masyarakat sangat penting."
"DBD bisa dicegah, bagaimana mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti sebagai kunci utama," tuturnya.
Baca juga: 90 Hari Kerja, Bupati Kudus Sam’ani Menilai Masih Ada Kekurangan
Baca juga: Hari Kebangkitan Nasional, Bupati Kudus: Momentum Bangkit dan Sinergi dengan Pemerintah Pusat
Galakkan Sekolah Bebas Nyamuk
Dr Andini mengatakan, salah satu upaya Dinkes Kabupaten Kudus adalah menggalakkan sekolah bebas nyamuk.
Siswa dididik menjadi kader pemantauan jentik nyamuk di sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
Peran dari tenaga pendidik dan siswa sebagai kunci terciptanya sekolah yang sehat dan bebas dari ancaman DBD.
Siswa sebagai agen pemberantasan sarang nyamuk disiapkan sebagai penggerak kesadaran masyarakat.
Mengingat nyamuk yang memicu kasus DBD cenderungnya hadir ketika waktu-waktu beraktivitas manusia.
Selanjutnya tetap dilakukan skrining jika ditemukan suspec atau kasus terkomfirmasi DBD sebagai bentuk penanganan dan evaluasi.
"Banyak kasus DBD terjadi pada anak usia sekolah."
"Maka dari itu kami siapkan program sekolah bebas nyamuk, tentunya dibutuhkan peran dari Disdikpora Kabupaten Kudus," ujar dia.
Andini mengimbau kepada masyarakat apabila merasakan gejala demam tak kunjung membaik dalam beberapa hari disertai gejala lain seperti timbulnya ruam merah pada tubuh agar segera diperiksakan di puskesmas atau rumah sakit.
Kata dia, saat ini semua puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Kudus sudah dilengkapi alat NS1 yang berfungsi mendeteksi kasus DBD lebih dini.
Alat NS1 sudah didistribusikan Pemkab Kudus sejak 2023 dan kini sudah tersedia di semua puskesmas dan rumah sakit sejak 2024.
"Masyarakat yang memeriksakan gejala demam dengan alat NS1 ini gratis."