“Dengan tren meningkatnya permintaan kopi specialty di pasar internasional, para petani berpeluang besar meraih nilai tambah melalui penerapan praktik budidaya modern dan
pengolahan pasca-panen berkualitas tinggi,” tambah Bahri.
Sementara itu, Ida Farida mengatakan bahwa Desa Cikendung memiliki keunggulan kompetitif tidak hanya dari sektor pertanian, tetapi juga potensi pariwisata yang mulai berkembang.
Destinasi wisata seperti Silakupang dan Wisata Religi menawarkan peluang emas untuk diversifikasi ekonomi masyarakat.
“Agrowisata kopi dapat menjadi sumber pendapatan alternatif yang menjanjikan, namun memerlukan fondasi manajemen dan keuangan yang solid untuk keberlanjutan jangka panjang,” tutur Ida.
Tahap evaluasi program menerapkan metodologi komprehensif untuk mengukur dampak dan efektivitas kegiatan.
Baca juga: Kuliah Umum DKV Poltek Harber Angkat Isu Strategis: Digital Branding di Era Pemasaran Baru
Evaluasi akan dilakukan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan, pengumpulan umpan balik menyeluruh dari peserta, analisis perubahan pola pikir dan perilaku petani, serta penyusunan laporan evaluasi sebagai dasar pertanggungjawaban dan pengembangan program lanjutan.
"Kami tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada transformasi mindset petani menuju entrepreneurs yang mandiri."
"Dengan penguasaan manajemen dan keuangan yang baik, kami optimis petani kopi Desa Cikendung dapat meningkatkan efisiensi usaha, mengoptimalkan keuntungan, dan pada akhirnya berkontribusi signifikan pada peningkatan kesejahteraan keluarga serta kemajuan desa," tegas Dr Hesti.
Program inovatif ini diharapkan menjadi best practice model pemberdayaan petani yang dapat direplikasi dan diadaptasi di berbagai daerah sentra kopi lainnya di Indonesia, mendukung visi Indonesia sebagai produsen kopi specialty terdepan di dunia. (Laili S/***)