Berita Kudus

Rahasia Pusaka Berumur Ratusan Tahun: Begini Cara Keris dan Tombak Sunan Kudus Dijamas

Penulis: Saiful Ma sum
Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JAMAS KERIS - Petugas melakukan penjamasan keris peninggalan Sunan Kudus, Kamis (12/6/2025) di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus. Tradisi penjamasan keris ini dilakukan pada Senin atau Kamis pertama setelah berlangsungnya hari tasyrik.

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Tradisi budaya penjamasan keris Sunan Muria di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus kembali digelar hari ini, Kamis (12/6/2025).

Tradisi tersebut dilestarikan setiap tahun pada hari Senin atau Kamis pertama setelah hari tasyrik.

Pada tahun ini 1446 H/2025, hari tasyrik berakhir pada, Senin (9/6/2025), sehingga pelaksanaan penjamasan keris dilakukan pada Kamis.

Baca juga: Gus Nabil Munif Terima Keris dari KRT Mustamin Seusai Halal Bihalal TKB di Mranggen

Prosesi penjamasan keris disebut juga sebagai upaya mencuci atau membersihkan keris Sunan Kudus.

Penjamasan keris dilangsungkan di kompleks makam Sunan Kudus dengan beberapa rangkaian kegiatan.

Diawali dengan ziarah makam Sunan Kudus, dilanjutkan dengan prosesi penjamasan keris, pembacaan tahlil, lantunan ayat Al-Quran, dan ditutup dengan doa.

Puncak dari prosesi penjamasan keris Sunan Kudus dimeriahkan dengan selamatan atau bancaan nasi opor ayam panggang dan jajanan pasar.

Pihak Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) komitmen terus menjaga dan melestrasikan tradisi Jamasan Keris Sunan Kudus dari tahun ke tahun.

Tradisi jamasan keris Sunan Kudus merupakan bagian dari rangkaian kegiatan buka luwur.

Ketua Panitia Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus, Achmad Arinal Haq menyampaikan, tradisi penjamasan atau pencucian Keris Kiai Cinthaka peninggalan Sunan Kudus digelar setiap tahun di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.

Selain penjamasan keris, dua tombak trisula peninggalan Sunan Kudus juga turut dijamas atau dicuci.

Tombak tersebut biasanya dipasang di sisi mihrab pengimaman Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.

Kata dia, prosesi penjamasan dipimpin langsung oleh KH Ahmad Badawi. Sedangkan prosesi jamas keris dilaksanakan oleh KH. Faqihuddin Soleh.

Keris pada mulanya dibersihkan dari debu yang menempel selama disimpan setahun terakhir. Kemudian keris dicuci atau digosok dengan air jeruk, fugsinya menghilangkan sisa warangan pada penjamasan sebelumnya.

Setelah itu, keris dibasuh dengan air landa (banyu londo) yang diproses dari sekam ketan hitam (ireng) difermentasi menjadi cairan khusus untuk proses jamasan.

Setelah itu, keris dibasuh atau direndam dengan warangan yang didatangkan dari Keraton Solo (Surakarta).

"Setelah keris dipastikan kering, diberi minyak wangi-wangian non alkohol. Kemudian disimpan kembali di tempat semula," tuturnya.

Prosesi penjamasan tombak juga dilakukan serupa dengan penjamasan keris.

Air jeruk nipis diyakini dapat mencegah karat atau korosi pada benda-benda pusaka yang berusia ratusan tahun.

Setelah ritual penjamasan rampung, dibacakan kembali tahlil, ayat suci al-Quran, dan ditutup dengan doa.

Rangkaian kegiatan penjamasan keris ditutup dengan makan bersama nasi opor ayam panggang di lokasi penjamasan.

Baca juga: Agus Buntung Menikah dengan Wanita Bali Namun Tak Hadir dan Diwakilkan Keris

Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Agus Susanto menyebut, ritual penjamasan keris peninggalan Sunan Kudus sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah, bersamaan dengan penetapan warisan budaya tak benda kegiatan buka luwur dan tradisi dandangan.

Pihaknya mendukung penuh upaya pelestarian tradisi penjamasan keris peninggalan Sunan Kudus yang dilakukan setiap tahunnya. Dengan harapan, tradisi ini dijaga dengan baik agar tetap lestari dari tahun ke tahun. (Sam)

Berita Terkini