Berita Kajen

"Baru Bangun Tidur, Ya Pusing" Alasan Dokter RSUD Kajen Tolak Rawat Inap Bocah Digigit Ular

Penulis: Raf
Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RSUD KAJEN - Gedung RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Dokter RSUD Kajen Pekalongan diduga menolak pasien anak yang datang karena digigit ular dengan alasan tingkat kesadarannya yang baik dan menganggap gejala itu karena baru bangun tidur.

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Kondisi Rafa Ramadhani Suwondho, bocah yang ditolak rawat inap di RSUD Kajen setelah digigit ular kini mengalami kehilangan kesadaran selama delapan hari.

Dari hasil pantauan Tribunjateng.com, anak tersebut sebelumnya dibawa di RSUD Kajen sebelum dirawat intensif di RSI Pekajangan.

Namun karena dianggap kondisi pasien baik-baik saja sehingga direkomendasikan tidak dirawat inap, namun setelah kembali ke rumah kondisi kesehatan justru semakin buruk.

Baca juga: Viral RSUD Kajen Diduga Salah Diagnosa Bocah Digigit Ular Biasa Ternyata Beracun, Malapraktik?

Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan, penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.

Ia menceritakan, kronologi kejadian sejak awal gigitan hingga perawatan awal di RSUD Kajen.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.00 WIB, pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar.

Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.

“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah. Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur saat ditemui Tribunjateng.com, Selasa (24/6/2025).

Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan.

Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing, dan mengeluhkan matanya berat serta penglihatan yang buram.

Namun, tanggapannya di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'.. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat. Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol.

Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali, dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya. 

Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.

"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang. Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya lirih.

Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

"Sudah seminggu tidak sadar. Saya sangat menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi, yang penting sekarang bisa sembuh," katanya.

Suwondho ayah Rafa mengatakan, bahwa melihat ular tersebut di dalam kamar. Setelah anaknya diduga digigit ular.

"Saya dan istri melihat ularnya, ularnya warna hitam dan ada warna putih kemungkinan ular weling," katanya.

Akan tetapi, setelah dicari hingga saat ini ular tersebut tidak ada.

"Anaknya sudah sepekan di rawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.

ICU RSI PEKAJANGAN - Asisten Manajer Pelayanan Medis RSI Pekajangan, dr Maria Ulfa (tengah) saat berada di depan ruang ICU Rumah Sakit Islam (RSI) Pekajangan, Kabupaten Pekalongan yang merawat Rafa pasien yang diduga digigit ular weling di rumahnya. Sudah delapan hari, pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri dan bergantung pada alat bantu napas (ventilator) sejak pertama kali masuk rumah sakit pada 16 Juni 2025. (TRIBUNJATENG/Indra Dwi Purnomo)

Viral di Medsos

Viral di akun sosial media Instagram Pekalonganinfo mengenai adanya, anak yang diduga digigit ular hingga dirawat intensif di ruang ICU.

Postingan tersebut diposting diakun tersebut 1 hari yang lalu.

Akun tersebut memberikan caption 'Seorang anak laki-laki asal Desa Bukur, Kabupaten Pekalongan, masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU salah satu rumah sakit di Pekalongan setelah diduga mengalami penanganan medis yang tidak optimal akibat gigitan ular.

Kejadian bermula pada Senin dini hari, 16 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 WIB, ketika korban digigit ular. 

Orang tua segera membawanya ke mantri terdekat untuk penanganan awal, sebelum dirujuk ke rumah sakit di Kabupaten Pekalongan, dan tiba di sana sekitar pukul 05.00 WIB.

Menurut keterangan keluarga, korban hanya diberi suntikan, diambil darah, dan dipasangkan oksigen selama beberapa menit.

Tidak dilakukan infus maupun observasi lanjutan.

Saat ditanya soal kondisi anak, dokter menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan, dan menyarankan agar pasien dipulangkan.

Keluarga menolak dan meminta rawat inap karena korban terlihat lemas, napas berat, serta kesulitan membuka mata.

Namun permintaan itu tidak dikabulkan, dan pasien dipulangkan sekitar pukul 07.30 WIB.

Dalam perjalanan pulang selama ±30 menit menuju Desa Bukur, korban hanya terdiam dan tak lagi merespons.

Setiba di rumah, korban mengalami kejang-kejang, hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit lain di wilayah Pekalongan.

Di rumah sakit kedua, penanganan medis langsung diberikan.

Dokter menyatakan racun telah menyebar ke sistem saraf dan menyayangkan lambatnya penanganan sebelumnya. 

Menurut dokter tersebut, setiap gigitan ular berpotensi berbisa dan seharusnya ditangani secara serius sejak awal.

Kini memasuki hari ketujuh pasca-kejadian, korban masih berada di ruang ICU dan dalam kondisi kritis, dengan perkembangan kondisi yang fluktuatif. 

Keluarga berharap kejadian ini menjadi perhatian pihak terkait agar tidak terulang pada kasus serupa.'

Klarifikasi RSUD Kajen

Sementara itu, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto menjelaskan, pasien yang diduga mengalami gigitan ular masuk ke IGD pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 05.00 WIB. 

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung mendapat penanganan medis sesuai prosedur yang berlaku.

Kemudian setibanya di IGD, pasien segera menjalani anamnesis atau wawancara medis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan. Luka tersebut kemudian dibersihkan."

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD,” ujar Dwi Harto.

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.

Hasil laboratorium juga menunjukkan nilai dalam batas normal.

Berdasarkan hasil tersebut, serta tidak adanya penurunan kesadaran, pasien dinyatakan boleh pulang.

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah."

"Antipiretik berfungsi menurunkan panas sekaligus meredakan nyeri," jelasnya.

Dwi Harto menegaskan, bahwa seluruh proses pelayanan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD Kajen.

"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang, dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya. 

Sudah 8 Hari Kritis

Bocah yang diduga menjadi korban gigitan ular weling, masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Islam (RSI) Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Sudah delapan hari, pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri dan bergantung pada alat bantu napas (ventilator) sejak pertama kali masuk rumah sakit pada 16 Juni 2025.

Asisten Manajer Pelayanan Medis RSI Pekajangan, dr Maria Ulfa, menjelaskan bahwa pasien masuk dalam kondisi sangat lemah dan langsung mendapatkan penanganan di unit perawatan intensif.

"Saat masuk, pasien sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan langsung kami tempatkan di ICU."

"Sejak hari pertama hingga sekarang, pasien masih bergantung pada ventilator," ujar dr Maria, kepada Tribunjateng.com, Senin (24/6/2025).

Menurut dr Maria, dari hasil keterangan pihak keluarga, pasien sebelumnya mengalami gigitan ular, yang diduga jenis ular weling.

Meski tidak ditemukan bekas luka yang mencolok seperti bengkak atau memar di tubuh pasien, gejala yang ditunjukkan mengarah pada keracunan neurotoksin.

"Tidak ada pembengkakan atau memar yang terlihat, tapi kemungkinan racun langsung menyerang sistem sarafnya. Ini sesuai dengan gejala dan keterangan dari keluarga," jelasnya.

Hingga kini, pasien masih dalam kondisi belum sadar dan belum stabil.

Kemudian, saat disinggung terkait apakah akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, dr Maria menjelaskan, saat ini belum memungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit lain.

"Kami sudah berikan serum antibisa sejak awal, dan terus melakukan pemantauan ketat," imbuhnya.

Pihaknya menambahkan, penanganan pasien melibatkan empat dokter spesialis, yakni spesialis bedah umum, dokter anak, dokter saraf, serta dokter anestesi yang bertanggung jawab di ICU.

Diberitakan sebelumnya, Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan, penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.

Ia menceritakan, kronologi kejadian sejak awal gigitan hingga perawatan awal di RSUD Kajen.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.00 WIB, pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar.

Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.

“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah. Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur saat ditemui Tribunjateng.com, Selasa (24/6/2025).

Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan.

Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing, dan mengeluhkan matanya berat serta penglihatan yang buram.

Namun, tanggapannya di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'.. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat. Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol. Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali, dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya. Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.

"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang. Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya lirih.

Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

"Sudah seminggu tidak sadar. Saya sangat menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi, yang penting sekarang bisa sembuh," katanya.

Suwondho ayah Rafa mengatakan, bahwa melihat ular tersebut di dalam kamar. Setelah anaknya diduga digigit ular.

"Saya dan istri melihat ularnya, ularnya warna hitam dan ada warna putih kemungkinan ular weling," katanya.

Akan tetapi, setelah dicari hingga saat ini ular tersebut tidak ada.

"Anaknya sudah sepekan di rawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto menjelaskan, bahwa pasien yang diduga mengalami gigitan ular masuk ke IGD pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 05.00 WIB. Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung mendapat penanganan medis sesuai prosedur yang berlaku.

Kemudian setibanya di IGD, pasien segera menjalani anamnesis atau wawancara medis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan. Luka tersebut kemudian dibersihkan."

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD,” ujar Dwi Harto.

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil. Hasil laboratorium juga menunjukkan nilai dalam batas normal.

Berdasarkan hasil tersebut, serta tidak adanya penurunan kesadaran, pasien dinyatakan boleh pulang.

Baca juga: 8 Hari Koma Usai Gigitan Weling: Bocah Pekalongan Tergantung Ventilator, Diduga Racun Serang Saraf

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah."

"Antipiretik berfungsi menurunkan panas sekaligus meredakan nyeri," jelasnya.

Dwi Harto menegaskan, bahwa seluruh proses pelayanan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD Kajen.

"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang, dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya. (*)

Berita Terkini