“Setiap tamu yang datang wajib makan.
Saya memasak beberapa jenis makanan utama, yaitu sop matahari dan makanan lainnya misal sate, bakso dan lain-lain,” kata Istichomah ketika ditemui Tribunjateng.com.
Dia mengaku, sudah mempersiapkan sebanyak ratusan porsi makanan berat, termasuk makanan lengkap lainnya.
Selain itu, tikar, karpet dan alas lainnya di dalam rumahnya digelar rapi sebagai tempat makan para tamu.
“Saya perkirakan hari ini ada 120 tamu yang datang, termasuk teman-teman kantor.
Karena saya ASN, maka saya cuti hari ini khusus untuk Saparan,” imbuh Istichomah.
Tanggal pelaksanaan Saparan di dusun tersebut disesuaikan dengan penanggalan Jawa, biasanya jatuh pada Senin Kliwon atau Senin Legi.
Berbeda dengan Lebaran yang mengharuskan warga berkeliling, saat Saparan, rumah-rumah justru menjadi titik kumpul.
Tamu datang dari berbagai penjuru, dan setiap rumah menjadi tempat makan bersama.
Kepala Dusun Wates, Sujali menjelaskan bahwa 2025 ini, hampir semua dari 167 rumah di dusun itu membuka diri.
“Setiap rumah menyambut tamu, bisa 50 hingga 100 orang, saya sendiri karena kepala dusun, bisa kedatangan 200 tamu dalam sehari.
Antusiasmenya bahkan lebih tinggi daripada Lebaran karena di sini yang utama adalah berbagi berkah melalui makanan,” ujar Sujali.
Menurut dia, tidak ada keharusan menyajikan menu tertentu.
Setiap keluarga memasak sesuai kemampuan.
Namun satu hal yang pasti, yakni daging baik ayam maupun sapi diharuskan tersedia.