Kemudian warga lain yang melihat terpancing sehingga semakin banyak yang menyalakan lilin di alun-alun.
"Kalau di pamflet yang tersebar di medsos, dikatakan bahwa aksi ini dilakukan untuk memperingati tujuh hari Bupati meninggalkan pendopo."
"Tapi pamflet itu bukan dari kami," terang Hanif.
Menurut dia, hal ini mengindikasikan bahwa banyak warga yang penasaran dengan hasil akhir dari gejolak terkait pemakzulan Bupati Pati Sudewo.
"Mereka sepertinya penasaran dengan hasil kasus ini."
"Maksudnya, entah bupati dimakzulkan atau tidak, mereka penasaran dengan hasil akhirnya."
"Tapi saya tidak bisa berkomentar banyak karena ini bukan aksi dari kami."
"Yang jelas, selama tidak anarkis dan tujuannya baik, kami mendukung," tandas Hanif.
Nur Zulaikah, warga Wedarijaksa ini datang dan ikut menyalakan lilin di alun-alun setelah melihat informasi tentang kegiatan ini di media sosial.
Dia datang bersama suami dan teman-temannya untuk meramaikan "Festival 1.000 Lilin" ini.
Namun, berbeda dari tujuan kegiatan yang dinarasikan dalam pamflet, Nur tidak punya tendensi spesifik untuk menyindir Bupati.
Dia menganggap pemasangan lilin-lilin ini sebagai simbol doa agar Pati senantiasa damai.
"Semoga masyarakat Pati semakin damai dan lebih baik lagi."
"Pokoknya Pati cinta damai."
"Semoga Pati cepat pulih seperti semula, damai dan baik-baik saja."