Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jawa Tengah

Ekspor Pakaian dan Aksesori Jateng Turun, Ini Penyebabnya

Kinerja ekspor pakaian dan aksesori dari Jawa Tengah menunjukkan penurunan signifikan sepanjang Januari-Agustus 2025.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG / EKA YULIANTI FAJLIN 
Ketua Apindo Kota Semarang, Dedy Mulyadi  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kinerja ekspor pakaian dan aksesori dari Jawa Tengah menunjukkan penurunan signifikan sepanjang Januari-Agustus 2025.

Data BPS Jawa Tengah, nilai ekspor pakaian dan aksesori yang bukan rajutan tercatat sebesar 1,288,22 juta USD, turun 11,93 persen dibanding periode sama tahun 2024 yang mencapai 1,462,70 juta USD.

Ketua Apindo Kota Semarang, Deddy Mulyadi, menyebut, turunnya ekspor ini berkaitan dengan kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Pasalnya, Pasar AS merupakan tujuan utama industri tekstil Jawa Tengah, dengan kontribusi mencapai sekitar 80 persen dari total ekspor.

Baca juga: Dapur SPPG Modern dan Steril di Gunungpati Produksi Ribuan Porsi MBG untuk Anak Sekolah

Baca juga: Sidang Tuntutan Polisi Pembunuh Bayi di Semarang Ditunda, Ini Penyebabnya

Data BPS menunjukan ekspor nonmigas terbesar Jawa Tengah pada Januari–Agustus 2025 ditujukan ke Amerika Serikat mencapai 3.810,05 juta USD. Disusul, ke Jepang 640,89 juta USD, dan Tiongkok dengan nilai 334,80 juta USD.

"Awalnya tarif impor sempat naik 32 persen, lalu turun jadi 19 persen. Kondisi itu memaksa pengusaha menghitung ulang harga dan margin, serta melakukan negosiasi. Prosesnya butuh waktu, sehingga ekspor sempat melandai," ujarnya, Selasa (28/10/2025).

Deddy menjelaskan, lonjakan ekspor sempat terjadi pada April-Mei 2025 karena pelaku usaha berusaha menghindari beban tarif. Namun setelahnya, pengiriman kembali turun karena kesepakatan harga belum tercapai.

"Sekarang ekspor cenderung stagnan. Tidak jatuh drastis, tapi juga belum naik. Rata-rata industri masih datar," katanya.

Menurutnya, beban tarif membuat margin usaha semakin tertekan. Jika ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan, biaya bisa membebani keberlanjutan produksi.

"Karena itu risikonya dibagi dengan pemasok. Kalau satu pihak menanggung sendiri, tidak akan sanggup,” jelasnya.

Selain pakaian dan aksesori, beberapa subsektor tekstil Jawa Tengah juga menunjukkan pelemahan. Ekspor alas kaki Januari-Agustus 2025 tercatat 994,33 juta USD, hanya naik tipis 9,22 persen, sementara pakaian rajutan relatif stagnan di 1,095,16 juta USD atau naik 5,45 persen. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved