Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Mossad Tolak Perintah Netanyahu Ekskusi Petinggi Hamas di Qatar

Mossad membangkang perintah PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mengekskusi pimpinan Hamas di Doha, Qatar.

|
Penulis: Yayan | Editor: M Syofri Kurniawan
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini 16 September 2025 

TRIBUNJATENG.COM, TEL AVIV – Serangan udara Israel ke Qatar menyisakan pembangkangan dari Mossad. Badan intelijen Israel, Mossad, menolak perintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk mengekskusi pimpinan Hamas di Doha, Qatar melalui serangan darat.

Mossad khawatir operasi itu akan menggagalkan perundingan gencatan senjata sandera serta merusak hubungan dengan Qatar yang menjadi mediator utama di Timur Tengah, demikian dilaporkan The Washington Post, Jumat (12/9). Karena penolakan itu, Israel akhirnya menempuh serangan udara. 

Namun, badan keamanan Israel kini semakin yakin bahwa serangan pada Selasa (9/9) tersebut gagal menewaskan para petinggi Hamas yang menjadi target. 

Baca juga: 10 Negara Anggota PBB Tolak Resolusi Dua Negara Palestina-Israel

Baca juga: Demo Besar-besaran di Israel Tuntut Perang di Gaza Diakhiri, Sikap Pemerintah Terbelah

DEMO TEL AVIV. Tangkap layar X/@BarakRavid, Senin (18/8/2025), menunjukkan aksi demo yang dihadiri ratusan ribu warga Israel di Tel Aviv. Mereka menuntut diakhirinya perang di Gaza, pemulangan sandera, dan gencatan senjata. 
DEMO TEL AVIV. Tangkap layar X/@BarakRavid, Senin (18/8/2025), menunjukkan aksi demo yang dihadiri ratusan ribu warga Israel di Tel Aviv. Mereka menuntut diakhirinya perang di Gaza, pemulangan sandera, dan gencatan senjata.  (Tangkap layar X/@BarakRavid)

Keyakinan itu diperkuat setelah Hamas pada Jumat (12/9) mengumumkan bahwa Khalil Al Hayya, pemimpin Hamas berbasis di Qatar, menghadiri pemakaman putranya, Hammam, yang disebut 'syahid'. Kehadiran Al Hayya sekaligus menepis rumor bahwa ia tewas dalam serangan itu. 

Pembangkangan terhadap perintah PM Israel Netanyahu, dilaporkan telah menimbulkan pertentangan di internal militer Israel. Seorang pejabat senior yang mengetahui proses negosiasi mengatakan kepada Channel 12, sebagian besar lembaga pertahanan merekomendasikan agar serangan ditunda.

“Posisinya jelas, ada kesepakatan pengembalian sandera yang sudah di atas meja. Negosiasi harus diselesaikan. Semua orang memahami konsekuensi bagi para sandera, dan operasi seperti ini pada saat ini bisa membahayakan kemungkinan tersebut,” kata pejabat itu. 

Channel 12 menyebut operasi itu ditentang oleh Kepala Staf IDF Eyal Zamir, Kepala Mossad David Barnea, dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi. Sebaliknya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Katz, penjabat kepala Shin Bet yang dikenal sebagai 'Mem', serta Menteri Urusan Strategis Ron Dermer mendukung pelaksanaan serangan.

Nitzan Alon, pimpinan negosiasi sandera, bahkan tidak diundang dalam diskusi tersebut. Para pejabat tinggi diduga berasumsi Alon akan menolak operasi apa pun yang berisiko membahayakan sandera. 

Dua sumber Israel yang mengetahui langsung isu tersebut mengatakan kepada The Washington Post bahwa Mossad menolak operasi darat yang sebelumnya sudah mereka siapkan. Kepala Mossad, David Barnea, disebut menentang rencana itu karena khawatir hubungan intelijen dengan Qatar yang berperan sebagai mediator akan terganggu. 

Israel kemudian mengumumkan bahwa serangan dilakukan oleh Angkatan Udara bersama dinas keamanan Shin Bet, dengan operasi dipantau langsung dari pusat komando Shin Bet. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved