Berita Grobogan
Panduan Lengkap Anti-Bullying: Cara Mencegah Perundungan di Sekolah
Perundungan paling sering terjadi di lingkungan teman sebaya guru dan orang tua , memiliki peran yang sangat menentukan.
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM - Kabar duka mengenai meninggalnya seorang siswa, Angga Bagus Perwira (12), yang diduga kuat akibat perundungan (bullying) brutal dari teman-teman sekelasnya di Grobogan Jawa Tengah, menjadi tamparan keras bagi seluruh pihak: sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Hasil autopsi yang menunjukkan kerusakan otak parah dan tengkorak remuk adalah bukti nyata betapa destruktifnya perundungan fisik yang sering dianggap remeh.
Tragedi Angga harus menjadi titik balik.
Baca juga: Orang Tua Angga Nyaris Pingsan Saat Pemakaman Siswa SMP Grobogan Yang Otaknya Remuk Diduga Bullying
Ini bukan hanya masalah hukum yang harus diusut tuntas, tetapi masalah sosial dan moral yang harus diselesaikan dari akarnya.
Kasus ini membuktikan bahwa bullying bukan sekadar "candaan" atau "kenakalan anak-anak," melainkan tindakan kriminal yang berpotensi menghilangkan nyawa.
Berikut adalah peran krusial yang harus diambil oleh setiap elemen masyarakat untuk mencegah terulangnya kasus tragis ini:
Untuk Teman Sejawat : Jangan Diam dan Jangan Ikut Campur dalam Kekerasan
Perundungan paling sering terjadi di lingkungan teman sebaya, dan peran kalian sangat menentukan.
- Jadilah Pahlawan, Bukan Penonton: Jika Anda melihat teman dirundung, jangan pernah diam. Sikap diam Anda sama dengan memberikan izin kepada pelaku untuk melanjutkan aksinya. Segera laporkan pada guru atau orang dewasa terdekat. Anda tidak perlu berkelahi; cukup bersuara atau mencari bantuan.
- Pahami Dampaknya: Ketahuilah bahwa ejekan, kekerasan fisik, atau pengucilan yang Anda anggap sepele dapat menyebabkan trauma seumur hidup, bahkan kematian. Jika Anda adalah pelaku, berhentilah. Sadari bahwa tindakan Anda merusak masa depan korban dan juga masa depan Anda sendiri.
- Tawarkan Dukungan: Setelah melapor, temani korban dan yakinkan mereka bahwa mereka tidak sendirian. Kehadiran teman yang suportif adalah obat terbaik.
Untuk Orang Tua: Pahami Perubahan Kecil dan Bangun Komunikasi Terbuka
Orang tua adalah garis pertahanan pertama. Waspadai tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan anak, baik sebagai korban maupun pelaku.
- Kenali Tanda Peringatan: Perhatikan perubahan perilaku anak. Apakah ia tiba-tiba menjadi pendiam, menarik diri, takut ke sekolah, prestasi menurun, barang-barang sering hilang atau rusak, atau mengalami luka fisik tanpa alasan jelas? Ini adalah sinyal bahaya yang tidak boleh diabaikan.
- Ciptakan Lingkungan Aman: Pastikan anak merasa nyaman menceritakan masalahnya, termasuk jika ia menjadi korban atau bahkan jika ia melakukan bullying pada orang lain. Jangan menghakimi, tetapi dengarkan dengan empati.
- Ajarkan Batasan dan Empati: Ajarkan anak untuk menghargai perbedaan. Jika anak Anda adalah pelaku, segera ambil tindakan disiplin yang mendidik dan libatkan sekolah serta psikolog untuk memahami akar masalah perilakunya.
Untuk Guru dan Pihak Sekolah: Sekolah Adalah Zona Nol Toleransi
Sekolah memegang tanggung jawab penuh atas keamanan fisik dan psikologis siswa selama jam pelajaran.
- Terapkan Aturan Tegas (Zero Tolerance): Sekolah harus memiliki dan menegakkan kebijakan anti-bullying yang jelas, terstruktur, dan transparan. Tidak ada toleransi bagi pelaku perundungan, baik verbal, fisik, maupun siber.
- Pelatihan dan Pengawasan Aktif: Guru perlu dilatih untuk mengidentifikasi tanda-tanda bullying dan cara penanganannya. Pengawasan tidak hanya di kelas, tetapi juga di tempat-tempat rawan seperti toilet, kantin, dan area tersembunyi.
- Libatkan Konselor: Konselor sekolah harus proaktif dalam mengadakan sesi kelompok tentang empati, resolusi konflik, dan pencegahan bullying. Mereka juga harus menjadi tempat yang aman bagi siswa untuk melapor tanpa takut dihakimi atau bocor.
- Kolaborasi dengan Orang Tua: Segera hubungi orang tua korban dan pelaku untuk bekerja sama menemukan solusi, bukan sekadar memberikan hukuman.
Tragedi seperti yang dialami Angga adalah cerminan dari kegagalan kita bersama.
Baca juga: Dinas Pendidikan Kota Semarang Sebut Siapkan Pembinaan Cegah Bullying di Sekolah Rakyat
Jangan sampai kasus ini berlalu hanya sebagai berita yang dilupakan.
Mari kita jadikan peringatan ini sebagai energi untuk membangun sekolah dan lingkungan yang benar-benar aman.
Perundungan tidak akan berhenti dengan sendirinya. Ia akan berhenti ketika kita semua memilih untuk bertindak. (*)
Orang Tua Angga Nyaris Pingsan Saat Pemakaman Siswa SMP Grobogan Yang Otaknya Remuk Diduga Bullying |
![]() |
---|
Dinas Pertanian Grobogan: HET Pupuk Bersubsidi Berlaku di Kios, Tak Termasuk Ongkos Kirim |
![]() |
---|
Banyak Petani di Grobogan Tidak Memahami HET Pupuk Bersubsidi |
![]() |
---|
Sekda Grobogan Tegaskan Pentingnya Kearsipan untuk Dasar Perencanaan |
![]() |
---|
Farida Farichah, Srikandi Grobogan Yang Kini Jadi Wakil Menteri Koperasi Pernah Jadi Ketum IPPNU |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.