Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Jateng Hari Ini

Jangkau Siswa Berkebutuhan Khusus, Menu MBG pun Butuh Penyesuaian

Sejauh ini SPPG Glantengan tidak menyediakan menu mie pangganti nasi, dan tidak menyediakan susu pendamping rasa cokelat.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Vito
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
SANTAP MBG - Siswa SLBN Purwosari Kudus menyantap menu MBG, Senin (20/10/2025). Di sekolah tersebut, menu MBG diberikan tidak dalam bentuk mie pangganti nasi dan susu cokelat dengan pertimbangan kesehatan dan tumbuhkembang anak, utamanya bagi anak autis.  

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kudus kini sudah menjangkau sekolah bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).

Satu sekolah khusus ABK yang kini sudah mendapatkan alokasi MBG di Kabupaten Kudus adalah Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Purwosari. Program itupun disambut antusias 224 pelajar ABK dari jenjang SD, SMP, dan SMA.

Menu MBG yang diproduksi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Glantengan Yayasan Srikandi Kudus mulai masuk ke SLBN Purwosari sejak 13 Oktober.

Selama 4 hari, program MBG diujicobakan di sekolah khusus ABK dengan menu berbeda-beda.

Menu pertamanya terdiri dari nasi uduk, ayam goreng, orek tempe, acar, dilengkapi buah klengkeng, dan susu. Di hari selanjutnya, siswa diberikan berbagai jenis menu lain.

Muhammad Rafli Ramadhan, siswa SLBN Purwosari kelas 9 antusias setiap menu MBG datang ke sekolahnya.

Bahkan dengan keterbatasan melihat, ia sudah bisa makan sendiri dan mengenal letak-letak posisi nasi, lauk, sayur, hingga buah.

Menu favoritnya adalah olahan daging ayam dengan rasa gurih yang dinilai paling enak, dilengkapi buah segar dan susu.

"Semuanya enak, habis terus. Kadang dapat susu rasa stroberi, hari ini dapatnya susu bear brand," katanya, Senin (20/10).

Berbeda dengan Rafli, Mohammad Rozaq, siswa kelas 10, memiliki cara tersendiri dalam mengungkapkan rasa bahagianya dengan program MBG.

Sama-sama pelajar dengan keterbatasan melihat, Rozaq setiap hari pun menantikan menu MBG. Khusus Senin dan Kamis, menu MBG Rozaq dibungkus untuk dibawa pulang karena puasa.

Meski demikian, ia tetap menemani teman-temannya menyantap makanan di sekolah sebelum pulang bersama.

"Kalau lagi puasa, saya bungkus. Dimakannya nanti ketika buka puasa, lebih nikmat," ucap pria yang juga seorang santri itu. 

Asisten Lapangan SPPG Glantengan, Novina Agustianingrum menyampaikan, SPPG Glantengan sejauh ini melayani sembilan sekolah jenjang SD dan SMP dengan jumlah menu 3.700 porsi setiap hari, termasuk 230 porsi MBG yang menjadi jatah SLBN Purwosari. 

Jumlah untuk SLBN Purwosari itu biberikan kepada 224 pelajar, tiga penjaga sekolah, dan tiga person in charge (PIC) atau penanggung jawab SPPG di sekolah.

Ia memastikan, uji coba program MBG di SLBN Purwosari berjalan lancar tanpa muncul dampak buruk selama sepekan trial berlangsung. Hasilnya, menu MBG di sekolah ABK bisa disamakan dengan menu MBG dengan sasaran secara umum.

Fasilitasi permintaan

Hanya saja, Novina menuturkan, SPPG Glantengan memfasilitasi permintaan sekolah ABK dengan menyesuaikan pertimbangan dan penilaian ahli gizi SPPG.

Ia menyebut, sejauh ini SPPG Glantengan tidak menyediakan menu mie pangganti nasi, dan tidak menyediakan susu pendamping rasa cokelat. Dua hal tersebut merupakan permintaan dari SLBN Purwosari dengan berbagai pertimbangan.

Menu mie pengganti nasi tidak diberikan karena pelajar SLB, utamanya ABK kategori autis, harus menjalani program diet dengan membatasi konsumsi gandum, supaya tidak memperparah kondisi anak. Sementara, susu rasa cokelat dihindari lantaran ada beberapa ABK yang tidak bisa mengonsumsi.

"Setelah masa uji coba itu, pelajar ABK ternyata bisa disamakan dengan penerima manfaat MBG lainnya. Namun tetap kami akomodir beberapa masukan dari pihak SLB," tuturnya. 

"Awalnya ketika launching ada menu mie ayam, mie ceria. Semenjak SLB jadi salah satu yang kami layani, tidak ada menu mie pengganti nasi. Untuk masakan mie sebagai lauk pendamping tetap ada, namun tidak sering," sambungnya.

Novina mengganti susu rasa cokelat dengan rasa yang lain untuk menyeragamkan menu MBG, trmasuk mengganti menu susu pendamping dengan jenis susu murni merk bear brand.

Meski demikian, ia berujar, jika suatu saat SPPG Glantengan terpaksa harus melayani permintaan menu mie pengganti nasi atau susu cokelat dari sekolah lain, pihaknya berkomitmen untuk memberikan menu MBG khusus bagi SLBN Purwosari sesuai dengan permintaan.

"Kami komitmen menerima catatan dari sekolah terkait menu MBG," ujarnya.

PIC MBG dan Humas SLBN Purwosari Kudus, Ismira Wahyu Lestari mengungkapkan, dalam pelaksanaan uji coba MBG, beberapa masukan sudah disampaikan langsung ke SPPG, mulai dari nasi terlalu keras, termasuk menghindari susu cokelat dan mie pangganti nasi.

Menurut dia, semua masukan dari SLBN Purwosari sudah disampaikan kepada SPPG dan ditindaklanjuti.

"Kenapa anak autis menghindari konsumsi gandum yang berlebih? Karena berpotensi menambah keaktifannya. Kalau pengganti nasi tidak boleh, kalau mie untuk lauk tetap boleh," ucapnya. (Saiful Ma'sum)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved