Berita Pati
Peternak Ayam di Pati Menjerit: Harga Bibit-Pakan Melambung, Ekosistem Usaha Dikuasai Korporasi
Peternak rakyat atau peternak tradisional di Pati mengeluhkan harga bibit dan pakan ayam yang melambung tinggi
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Peternak rakyat atau peternak tradisional di Pati mengeluhkan harga bibit dan pakan ayam yang melambung tinggi.
Mereka juga menjerit karena merasa diimpit oleh perusahaan integrator yang menguasai pasar.
Menurut peternak ayam di Desa Kajar, Kecamatan Trangkil, Sarifuddin alias Barry, bisnis perunggasan nasional, yang seharusnya menjadi lumbung protein rakyat, kini berada di persimpangan kritis.
Baca juga: Harga Daging Ayam di Semarang Bertahan Tinggi Sebulan Terakhir, Belum Ada Tanda-Tanda Turun
• Jadwal Rapat Paripurna Penetapan Hasil Pansus Hak Angket Pemakzulan Bupati Pati Sudewo
Peternak rakyat, pilar utama penyedia daging ayam di banyak daerah, kini merasa di ambang kepunahan.
"Di mana pemerintah ketika nasib ribuan peternak kecil terancam oleh dominasi korporasi integrator? Pola bisnis unggas saat ini telah menciptakan sistem yang sangat tidak adil. Perusahaan integrator, melalui integrasi vertikal yang sempurna, menguasai seluruh mata rantai, dari hulu hingga ke hilir, mulai dari bibit induk (GPS, PS), produksi Day Old Chick (DOC), pakan, obat-obatan, hingga pemotongan dan pemasaran produk akhir," kata dia saat dihubungi TribunJateng.com via sambungan telepon, Jumat (24/10/2025).
Menurut Barry, kendala yang paling terasa ialah di segmen Sarana Produksi Peternakan (Sapronak).
Harga DOC (bibit anak ayam yang baru menetas-red.), pakan, dan obat-obatan melambung tinggi, disuplai oleh entitas yang sama yang juga menjadi pesaing utama peternak rakyat.
Saat harga ayam hidup di pasaran melonjak tinggi di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) pemerintah, lanjut dia, peternak rakyat justru kesulitan mendapatkan DOC dan harga yang jauh melebihi HAP pemerintah, yakni di atas Rp 8 ribu per ekor.
"Bahkan menyentuh 9 ribu per ekor di pasaran. Pasokan diarahkan untuk kandang milik integrator sendiri (internal farming) atau mitra terdekat. Akibatnya, peternak rakyat susah mendapat DOC dan tidak bisa panen di masa kejayaan harga. Sementara, integrator meraup untung besar," ucap dia.
Di sisi lain, ketika peternak berhasil memelihara, mereka harus menghadapi biaya Sapronak yang sangat tinggi.
Menurut Barry, tak jarang, harga jual ayam hidup (livebird) jatuh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP), memaksa peternak menanggung kerugian.
Situasi ini bukan sekadar ketidakstabilan pasar, melainkan gejala dari apa yang oleh banyak pihak dituding sebagai struktur pasar oligopolistik yang dimotori oleh segelintir perusahaan integrator.
"Yang paling menyakitkan bagi peternak adalah kesan ketidakmampuan atau ketidakberanian pemerintah dalam mengendalikan situasi ini. Regulasi yang ada, seperti yang mengatur pemisahan usaha budidaya atau pembatasan kuota, terasa tumpul di lapangan," kata dia.
Menurut Barry, kebijakan yang seharusnya membatasi integrator masuk ke budidaya (on-farm) tampaknya mudah dicari celah.
Integrator tetap menjadi pemain dominan di budidaya melalui skema kemitraan yang sering kali merugikan peternak plasma.
| Jadwal Rapat Paripurna Penetapan Hasil Pansus Hak Angket Pemakzulan Bupati Pati Sudewo |
|
|---|
| Tanggul Sungai Gandam Jebol, Permukiman Warga 2 Desa di Batangan Pati Terendam Banjir |
|
|---|
| Baru Dibangun Ulang Pasca-Ambrol Diterjang Banjir, Jembatan di Pelemgede Pati Rusak Lagi |
|
|---|
| BREAKING NEWS: Hujan Deras Berhari-hari, Dua Desa di Kecamatan Batangan Pati Kebanjiran |
|
|---|
| Viral Pria Mabuk Ngamuk di Warung Rica-rica Mentok Yang Mau Tutup di Pati |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.