Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Akademisi USM Soroti Penyebab Banjir di Kaligawe Semarang yang Berkepanjangan

Dosen USM menyoroti banjir yang berkepanjangan di jalur Pantura Kaligawe, Kota Semarang.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: M Zainal Arifin
Tribunjateng.com/Rezanda Akbar D
BANJIR KALIGAWE: Dosen Teknik Sipil Universitas Semarang (USM), Edy Susilo. Ia menyoroti penyebab banjir berkepanjangan yang terjadi di Kaligawe, Kota Semarang. (Tribun Jateng/Rezanda Akbar D) 

“Sumur resapan di Semarang bawah itu tidak cocok. Air tanahnya dangkal, jarak antar sumur juga harus rapat 10 sampai 20 meter itu tidak realistis,”

“Karena itu, saya mengembangkan alternatif pipa resapan horizontal. Biayanya murah, mudah dirawat, dan kapasitas serapnya besar,” ujarnya.

Menurutnya, pendekatan itu bisa menjadi solusi ganda mengurangi banjir dan menambah cadangan air tanah yang kian menipis.

Sementara proyek tanggul laut Semarang–Demak yang sedang dibangun dinilai menjadi elemen penting dalam melindungi kawasan Pantura dari banjir rob. 

Namun, keberadaan tanggul akan menimbulkan konsekuensi baru yakni air hujan dari daratan harus dipompa keluar secara terus-menerus.

“Kalau pompanya besar dan terpelihara baik, banjir rob dan hujan bisa tertangani. Tapi pompanya tidak boleh rusak, dan operasionalnya harus dijaga terus. Biayanya juga tidak kecil,” ucap Edy.

Baca juga: Gubernur Luthfi soal Banjir Semarang: Pokoke, Kaligawe Kudu Asat 

Ia menambahkan, intensitas hujan akhir Oktober 2025 sebenarnya tidak terlalu tinggi berkisar 100 hingga 150 milimeter lebih rendah dari tahun 2021–2022. 

Artinya, genangan panjang di Kaligawe lebih disebabkan faktor teknis, bukan cuaca ekstrem.

Edy menambahkan penanganan banjir semestinya tidak hanya tentang seberapa cepat air dibuang, tetapi seberapa bijak air dimanfaatkan.

“Filosofi penanganan banjir sekarang harus berubah. Jangan buru-buru membuang air ke laut. Tahan dulu, tampung, manfaatkan untuk kebutuhan kota, baru sisanya dibuang. Air itu anugerah, bukan bencana,” katanya.

Bila konsep itu dijalankan, harapannya Semarang tidak hanya bisa bebas genangan, tapi juga lebih siap menghadapi krisis air di masa depan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved