Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jawa Tengah

Investasi Jawa Tengah Terus Bergeliat, tapi Apakah Dampaknya Sudah Dirasakan Pekerja?

Apakah geliat investasi benar-benar membawa kesejahteraan bagi para pekerja di lapangan?

Penulis: budi susanto | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
ILUSTRASI - Ilustrasi pekerja di Jawa Tengah dengan peningkatan serapan tenaga kerja yang diklaim oleh Pemprov Jawa Tengah. (DOK TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Investasi di Jawa Tengah terus menunjukkan tren positif. Baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) meningkat signifikan sepanjang 2025. 

Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, realisasi investasi pada Januari hingga September 2025 mencapai Rp66,13 triliun atau 84,42 persen dari target tahunan.

Capaian tersebut juga diikuti serapan tenaga kerja sebanyak 326.462 orang, menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan serapan tenaga kerja tertinggi kedua di Pulau Jawa.

Baca juga: Jawa Tengah Bakal Dibangun Pabrik Pengelolaan Sampah Senilai USD 200 Juta

Namun di balik catatan positif itu, muncul pertanyaan, apakah geliat investasi benar-benar membawa kesejahteraan bagi para pekerja di lapangan?

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada triwulan III 2025 sebesar 5,37 persen (year on year), lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional yang mencapai 5,04 persen. Secara kumulatif hingga triwulan III, ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,21 persen.

Empat sektor utama masih menjadi tulang punggung ekonomi Jateng, yakni industri pengolahan (33,43 persen), perdagangan (13,44 persen), pertanian (12,88 persen), dan konstruksi (11,82 persen). Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mendominasi dengan kontribusi 60,64 persen.

Meski investasi tumbuh, distribusinya belum merata. Kawasan utara Jawa Tengah seperti Batang, Kendal, dan Semarang masih menjadi magnet utama investor, terutama karena dukungan infrastruktur seperti Tol Trans Jawa dan Pelabuhan Tanjung Emas.

Sementara wilayah selatan, seperti Banjarnegara, Purbalingga, dan Wonosobo, masih tertinggal karena keterbatasan akses dan fasilitas logistik. Ketimpangan ini membuat manfaat investasi belum sepenuhnya dirasakan masyarakat luas.

Sejumlah pekerja di kawasan industri yang ada di Kota Semarang mengaku peningkatan investasi belum berbanding lurus dengan kesejahteraan.

“Memang pabrik makin banyak, tapi untuk pekerja kontrak seperti saya, penghasilan masih pas-pasan. Belum ada jaminan kerja tetap,” ujar Siti Aminah (39), pekerja sektor garmen asal Kendal, Sabtu (8/11/2025).

Hal senada diungkapkan Riyanto (35), buruh di kawasan industri Batang. 

“Kalau investasi besar hanya menambah pabrik tapi tidak memperbaiki kesejahteraan pekerja, ya yang untung tetap pengusahanya. Harus ada pengawasan dari pemerintah,” ujarnya.

Adapun Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, mengatakan pemerintah akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2025 melalui penguatan investasi.

“Masih ada waktu dua bulan di triwulan IV. Kami akan terus mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat kerja sama investasi,” ujarnya.

Salah satu langkahnya adalah melalui Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2025, yang berhasil menarik komitmen investasi senilai Rp5 triliun dari 34 investor.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved