Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

Misteri Kematian Setianingsih di Boja Kendal, Menutup Diri Sejak Wabah Pandemi Covid-19

Aroma tak sedap masih menguar di dalam rumah Setianingsih, 3 hari selepas ia ditemukan meninggal membusuk di Dukuh Somopuro

Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/ AGUS SALIM
JENGUK KELUARGA - Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari menjenguk kedua anak Setianingsih yang terkulai lemas di RSI Boja Kendal, Senin (3/11/2025). Setianingsih sebelumnya ditemukan meninggal pada 1 November dengan kondisi jenazah yang sudah membusuk. 


Hingga kini, tabir kematian Setianingsih masih misteri. Di desa yang ia tinggali sejak 2019 itu, ia hidup tanpa sanak saudara.


Beredar kabar, sanak saudara Setianingsih masih menetap di Semarang. Namun hubungan keduanya dikabarkan tak akur.


Diduga Frustasi 


Kepala Desa Bebengan, Wastoni menuturkan Setianingsih tak memiliki riwayat penyakit semasa hidupnya. Ia menduga, Setianingsih mengalami frustasi sebelum akhir hidupnya.


Dugaan itu diperkuat oleh kegiatan ekonomis Setianingsih yang kerap berbelanja dengan jumlah banyak. Barang kebutuhan pokok itu diantar menggunakan becak motor setiap bulan sekali.


Ia tak tahu persis kapan terakhir kali Setianingsih belanja dalam jumlah besar. Namun pada Sabtu (4/10/2025), anak sulung Setianingsih membeli roti di warung terdekat sejumlah Rp 100 ribu.


Informasi yang ia peroleh dari tetangganya, roti itu bakal ia konsumsi bersama adik dan ibunya yang menolak makan nasi.


"Itu sempat beli roti katanya mau buat persiapan makan selama beberapa hari. Karena ibunya sudah tidak mau makan nasi lagi," ujarnya.


Wastoni menerangkan, Setianingsih diduga meninggal dunia karena rasa frustasi amat dalam yang dirasakan.


Sewaktu tinggal di desanya, Setianingsih kerap belanja dalam jumlah besar selama sebulan sekali. Kabar yang beredar, suami Setianingsih memiliki usaha di daerah Kalimantan.


Setelah suami Setianingsih meninggal sekitar 2017, menurut Wastoni, keluarga Setianingsih mendapat pesangon maupun bantuan CSR dari perusahaan mendiang suaminya.


Lanjut Wastoni, pesangon itu yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Setianingsih.


"Informasinya kan suaminya kerja di Kalimantan, setelah meninggal 2017 lalu, kemungkinan Setianingsih dapat kiriman uang dari sana," imbuhnya.


Semakin tahun kebutuhan semakin bertambah, namun kondisi keuangan dan tabungan Setianingsih diduga mulai berkurang, hingga akhirnya habis tak tersisa tanpa diimbangi pemasukan yang sepadan.


Hal itu kemudian diduga menjadi penyebab Setianingsih mengalami frustasi dan meninggal tanpa jejak. 


"Mungkin karena terbatas ekonominya dan merasa berat kehidupan akhirnya diduga frustasi terus sakit," tandasnya. (ags) 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved