Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ungaran

Luapan Sungai Panjang Ancam Permukiman, Warga Desa Bejalen Teriak Minta Normalisasi 2 Km

Warga Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, mulai cemas menghadapi musim hujan. 

Dok Pribadi Warga/Koko Qomarulloh/istimewa
NYARIS MELUAP - Air Sungai Panjang di Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, nyaris meluap melewati talud pada Jumat (7/11/2025) sore. Warga mendesak pemerintah segera melakukan normalisasi karena luapan air telah merendam rumah dan lahan pertanian. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Warga Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, mulai cemas menghadapi musim hujan. 

Sungai Panjang yang mengalir melintasi wilayah mereka kini kian dangkal, sementara debit air dari hulu di Bandungan yang bermuara ke Danau Rawa Pening meningkat tajam setiap kali hujan deras mengguyur. 

Akibatnya, permukiman dan lahan pertanian warga terancam luapan air yang nyaris melewati pembatas talut.

Baca juga: Awas, Hujan Deras di Cilacap Picu Banjir dan Longsor, Sungai Mudah Meluap

Pada Jumat (7/11/2025) sore lalu, derasnya aliran Sungai Panjang membuat air naik hingga menyentuh bibir talut. 

Biasanya, permukiman di RT 7 Desa Bejalen sempat terendam air, sementara persawahan di sekitar muara Danau Rawa Pening juga turut tergenang. 

Sekretaris Desa Bejalen, Rina Fatkhiyati, mengatakan bahwa kondisi sungai semakin memprihatinkan karena aliran dari hulu kini tidak hanya membawa air, tetapi juga lumpur dan sampah dalam jumlah besar.

“Semakin ke sini, saat hujan deras, aliran dari atas tidak hanya air saja, tapi juga lumpur dan sampah. 

Akhirnya mengakibatkan sedimentasi dan sungainya jadi tambah dangkal,” kata Rina saat ditemui Tribunjateng.com pada Minggu (9/11/2025) sore.

Rina menuturkan, akibat pendangkalan itu, debit air cepat meluap ke permukiman ketika hujan deras datang. 

Meskipun genangan biasanya cepat surut, dampak yang ditimbulkan tidak ringan. 

Selain merusak rumah warga, air luapan juga merendam sekitar lima hektare sawah dan membuat sekitar 50 petani mengalami kerugian besar.

“Petani kehilangan hasil panen, satu hektare bisa menghasilkan sampai 10 ton gabah, tapi sekarang banyak yang gagal panen. 

Tahun ini saja petani sudah menyulam dua sampai tiga kali, sekarang kena air lagi, jadi normalisasi itu mutlak,” imbuh Rina.

Selain menyebabkan kerugian pertanian, luapan air juga memperburuk akses ekonomi warga. 

Talud sungai di beberapa titik rusak tergerus aliran air, sementara sedimentasi yang terus menebal membuat tinggi talud berkurang drastis.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved