Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Merawat Tradisi Anyam Daun Nanas Menjadi Tas di Kudus: Kisah Suparti Menembus Batas Negara

Suparti tampak sibuk mengerok daun nanas kering yang akan disulap menjadi tas di lereng Gunung Muria, Kudus.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Rifqi Gozali
AKTIVITAS MENGANYAM - Sejumlah perempuan di Desa Tergo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus tengah menganyam daun nanas menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi, Kamis (9/10/2025). 

Sedangkan untuk anyaman daun pandan berukuran 2x1,7 meter biasanya bisa diselesaikan dalam dua hari dengan upah Rp 40 ribu per buah.

Sementara kini dia mendapatkan upah tambahan dari mengayam daun nanas.

Untuk selembar anyaman dari daun nanas, Suparti mendapat upah Rp 50 ribu. 

Anyaman daun nanas ini bukan untuk menggantikan anyaman daun pandan yang selama ini sudah masyhur di Tergo. 

Melainkan ini hal baru yang dilakukan oleh Suwanto salah seorang pemilih usaha anyaman daun nanas yang juga sebagai warga Tergo.

Alasan Suwanto memilih daun nanas karena memang di sekeliling rumahnya banyak tertanam nanas.

20251009_menganyam daun nanas menjadi tas di Kudus_2
AKTIVITAS MENGANYAM - Sejumlah perempuan di Desa Tergo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus tengah menganyam daun nanas menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi, Kamis (9/10/2025).

Kemudian karakter antara daun nanas dan daun pandan nyaris memiliki kesamaan. 

Dari situlah ayah beranak empat mulai berinovasi dalam menganyam daun nanas.

“Saya ini dibantu oleh ibu-ibu di sekitar, termasuk Bu Suparti. Total ada 10 ibu-ibu yang ikut menganyam daun nanas,” kata Suwanto.

Rupanya setelah melakoni usaha dalam menganyam daun nanas sejak 2022, Suwanto menemukan titik keunggulan antara daun nanas dibanding daun pandan.

Menurutnya daun nanas memiliki karakter lebih kuat dibanding daun pandan. 

Meski begitu, proses pengolahan dan pembuatannya untuk menganyam daun nanas  lebih sulit karena daunnya lebih kecil.

Untuk memproses daun nanas sehingga menjadi kerajinan bernilai rupiah, mula-mula daun nanas yang dipetik dari pekarangan samping rumah dipotong memanjang dan kemudian dijemur sampai seminggu.

Setelah daun nanas dipastikan kering, barulah dia melakukan proses pewarnaan dengan cara direbus di air mendidih. 

Setelah diwarnai, daun nanas siap untuk dianyam. Di sinilah peran para perempuan di sekitar rumahnya dilibatkan.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved