Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Bayi Tewas Mengenaskan di Lemari Tidak Diautopsi karena Keluarga Tak Mampu Biayai Tim Forensik

Bayi perempuan bernama Syifa (1) ditemukan tewas di dalam lemari kamar indekos.

Penulis: Sof | Editor: M Syofri Kurniawan
SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI BAYI: Bayi perempuan ditemukan tewas di dalam lemari kamar indekos di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Bayi bernama Syifa (1) tidak menjalani autopsi. (SHUTTERSTOCK) 

TRIBUNJATENG.COM, SUMENEP - Bayi perempuan ditemukan tewas di dalam lemari kamar indekos di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Bayi bernama Syifa (1) tidak menjalani autopsi.  

Alasannya, keluarga korban tidak memiliki biaya untuk membayar proses autopsi tersebut.

Baca juga: Identitas Ayah Bayi yang Dibuang di Sungai Wonogiri Terungkap, Kini Diincar Polisi

Padahal, Syifa diduga kuat menjadi korban kejahatan dan kasus ini kini tengah ditangani pihak kepolisian. 

Namun, biaya autopsi tetap dibebankan kepada keluarga.

Keluarga korban, Moh Rofiq (54) mengaku sudah dipanggil ke Kantor Polsek Kangean, Kecamatan Arjasa, pada Rabu (3/9/2025) malam untuk membicarakan rencana autopsi.

"Sudah disepakati oleh keluarga untuk tidak diautopsi, dikarenakan tidak mampu untuk menyediakan dana tim yang mau ke Kangean gitu," kata Rofiq kepada Kompas.com, Kamis (4/9/2025) pagi.

Hanya saja, selama berada di Polsek Kangean, keluarga juga mengaku tidak pernah diberi tahu berapa biaya autopsi yang harus disiapkan.

Semua perhitungan biaya ditentukan oleh tim dari kepolisian.

"Yang menentukan (total biaya) tim dari Polda katanya, untuk apa untuk autopsi," ujar dia.

Rofiq merinci, dalam surat pernyataan yang dibuat di Polsek Kangean, memang tertulis bahwa autopsi tidak bisa dilakukan karena pihak keluarga tidak mampu membiayai transportasi tim forensik dari Polda.

Meski begitu, keluarga sebenarnya berharap autopsi tetap dilakukan agar bisa mengetahui penyebab pasti kematian Syifa.

"Seandainya biayanya tidak dibebankan ke keluarga, maunya autopsi," ucap dia.

Menurut keluarga korban, polisi berdalih cukup menggunakan hasil visum medis untuk penyelidikan.

Hal itu juga dicantumkan dalam surat pernyataan yang dibuat di kantor Polsek.

Polisi disebut telah mengarahkan penyelidikan kepada ibu korban, yang hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Dari penelusuran Kompas.com, biaya autopsi di Indonesia umumnya ditanggung oleh negara (APBN) ketika dilakukan untuk kepentingan penyidikan kepolisian atau penyelidikan pidana.

Hal itu sesuai dengan Pasal 136 dan 229 KUHAP serta Pasal 125 UU Kesehatan (UU Nomor 36 Tahun 2009).

Ditemukan termutilasi

Syifa ditemukan dalam kondisi termutilasi.

Syifa merupakan anak dari pasangan Mat Sirri dan Ila, warga Kecamatan Arjasa, Sumenep.

Korban ditemukan pada Senin (1/9/2025) malam di dalam lemari terkunci di lantai satu salah satu kamar indekos.  

Jenazah bayi dibungkus berlapis, mulai dari kain, plastik, tas, dan plastik kembali yang menutup tubuhnya.

Keluarga korban, Moh Rofiq (54) mengaku tidak tahu siapa pelaku pembunuhan tersebut.

"Tidak tahu siapa pelakunya," kata Rofiq memulai ceritanya kepada Kompas.com, Rabu (3/9/2025).

Rofiq mengatakan, pada Sabtu pagi (30/8/2025), kakak korban, Azril (3) ditemukan sendirian di teras rumah neneknya di Desa Duko, Kecamatan Arjasa, sedangkan korban dan ibunya, Ila, tidak ada.

Keluarga menduga Azril sengaja dititipkan di rumah orangtua bapaknya, sedangkan korban dan ibunya tetap berada di indekos di Desa Arjasa.

Beberapa hari kemudian, pemilik indekos mendatangi rumah keluarga nenek korban dan meminta agar barang milik korban serta ibunya dibawa pulang karena sudah beberapa hari tidak ada aktivitas di kamar indekos.  

Selain kamar indekos terkunci, muncul bau menyengat dari kamar yang ditinggali korban dan ibunya.

"Pihak kosnya datang ke sini, katanya barang-barangnya suruh dibawa pulang," ucap Rofiq.

Tak berselang lama, keluarga korban kemudian tiba di indekos pada Senin malam (1/9/2025) dan mendapati semua barang sudah berada di luar kamar dengan aroma menyengat yang semakin kuat.

Di tengah upaya mencari sumber bau menyengat itu, pihak keluarga menemukan potongan tubuh bayi yang diduga jenazah Syifa.

"Iya. Saat di sana, barang-barang sudah di bawah. Kamar kosnya kan lantai 1, setelah dicari ditemukan itu (jasad korban)," ujar dia.  

Setelah ditemukan, jenazah korban dibawa ke rumah neneknya di Desa Duko dan dilaporkan ke polisi.

Saat ini, jenazah Syifa berada di Rumah Sakit Abuya, sedangkan keberadaan ibunya, Ila, tidak diketahui.

Keluarga menyebut sempat mendengar kabar bahwa Ila, ibu korban, menanyakan jadwal kapal dari Pulau Kangean ke Sumenep.

Kebetulan, pada Sabtu (30/8/2025) pagi, saat Azril ditemukan di teras rumah neneknya, ada jadwal kapal berlayar dari Pelabuhan Batu Guluk Arjasa menuju Pelabuhan Kalianget.

"Ibunya katanya, katanya sempat tanya jadwal kapal, Sabtu itu ada jadwal (Kapal) Hulalo," ucap dia.

Dari penelusuran Kompas.com, korban merupakan anak kedua dari pasangan Mat Sirri dan Ila, warga Kecamatan Arjasa, Sumenep, yang sama-sama pernah merantau ke Malaysia.

Pasangan ini dikaruniai dua anak, yakni Azril (3) dan Syifa (1) yang ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan.

Di Arjasa, Ila tinggal bersama kedua anaknya di indekos, sedangkan Mat Sirri kembali merantau ke Malaysia sebelum Syifa lahir.

Azril diketahui lahir di Malaysia.

Keluarga kecil ini pulang ke kampung halaman ketika Ila mengandung Syifa, tetapi sebelum Syifa lahir, Mat Sirri sudah lebih dulu berangkat kembali ke Malaysia. (Kompas.com)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keluarga Tak Mampu Biayai Ongkos Tim Forensik, Bayi Syifa yang Ditemukan Tewas di Lemari Tak Diotopsi"

Baca juga: Gadis yang Dihamili Ayah Kandung di Cilacap Lahirkan Bayi dalam Kondisi Selamat

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved