Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

10 Fakta Wali Murid SDIT Al Izzah Tolak MBG: SPP Anak Kami Belasan Juta

Menurut wali murid, mayoritas orang tua siswa SDIT Al Izzah berasal dari kalangan yang sudah mampu secara ekonomi. Mereka sudah membiayai pendidikan

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Pemkab Jepara
MENINJAU - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Jepara M Ibnu Hajar meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ada di Kabupaten Jepara. 


10 Fakta Wali Murid SDIT Al Izzah Tolak MBG: SPP Anak Kami Belasan Juta

TRIBUNJATENG.COM- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat menuai pro dan kontra.

 Sejumlah wali murid di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Izzah, Kota Serang, Banten, justru menyuarakan penolakannya.

 Mereka menilai program tersebut tidak tepat sasaran karena siswa di sekolah tersebut berasal dari keluarga mampu. Berikut 10 fakta lengkap mengenai penolakan tersebut:

 

1. Penolakan Terjadi di SDIT Al Izzah Serang

Sejumlah wali murid SDIT Al Izzah secara terbuka menolak kehadiran program MBG di sekolah mereka.

Penolakan ini mencuat setelah pemerintah berencana menjadikan sekolah tersebut sebagai salah satu lokasi pelaksanaan program.

Sikap tegas wali murid disampaikan langsung dalam audiensi bersama Pemerintah Kota Serang.

 

2. Alasan Ekonomi Jadi Pertimbangan Utama

Menurut wali murid, mayoritas orang tua siswa SDIT Al Izzah berasal dari kalangan yang sudah mampu secara ekonomi. Mereka sudah membiayai pendidikan anak dengan iuran yang cukup besar sejak awal masuk sekolah.

“Kami sudah membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan biaya masuk yang cukup besar, sampai belasan juta. Kalau sudah mampu membiayai itu, kenapa harus ada MBG masuk ke dalam sekolah,” ujar Baim Aji, perwakilan wali murid.

 


3. Wali Murid Minta Fokus ke Sekolah yang Lebih Membutuhkan

Wali murid menilai program MBG sebaiknya dialihkan ke sekolah negeri atau sekolah swasta kecil dengan siswa dari keluarga kurang mampu. Menurut mereka, langkah ini akan membuat program lebih tepat sasaran karena manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh anak-anak yang kesulitan mendapatkan asupan gizi sehari-hari.

 

4. Penolakan Tak Hanya pada Konsumsi, tapi juga Dapur MBG

Selain menolak pemberian makanan gratis, wali murid juga tidak menyetujui rencana pembangunan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di lingkungan sekolah. Mereka khawatir keberadaan dapur justru menimbulkan masalah baru, mulai dari bau, sampah, hingga mengganggu aktivitas belajar.

 

5. Ada Kekhawatiran Soal Keselamatan Anak

Wali murid menyampaikan kekhawatiran terkait risiko keselamatan siswa jika program MBG tetap dijalankan di sekolah.

 “Risikonya, anak-anak harus keluar area sekolah karena kantin dan fasilitas jadi makin sempit. Lalu lalang kendaraan juga menambah resiko kecelakaan. Kalau terjadi sesuatu, siapa yang bertanggung jawab. Selain itu, ada juga potensi masalah sampah dan keamanan,” tegas Baim Aji.

 

6. Hasil Audiensi Belum Menemukan Titik Tengah

Audiensi yang digelar bersama Pemkot Serang belum menghasilkan kesepakatan final. Pihak wali murid meminta waktu untuk kembali bermusyawarah secara internal di sekolah sebelum mengambil sikap resmi. Namun, mereka menegaskan bahwa penolakan tetap akan disuarakan.

 “Hasilnya akan dimusyawarahkan kembali, dan kami tetap akan menolak adanya MBG di sekolah,” pungkas Baim.

 

7. Wali Kota Serang Turun Tangan

Wali Kota Serang, Budi Rustandi, turun langsung memimpin audiensi dengan wali murid, perwakilan sekolah, TNI, Polri, hingga Badan Gizi Nasional (BGN). Ia mengaku menerima laporan keresahan wali murid sehingga pemerintah kota merasa perlu menjembatani komunikasi agar tidak terjadi salah paham.


8. MBG Dinilai Tepat Sasaran bila untuk Keluarga Kurang Mampu

Dalam audiensi, Budi Rustandi menegaskan dukungannya terhadap program MBG yang diinisiasi pemerintah pusat. Namun, ia juga memahami keberatan wali murid karena mayoritas siswa SDIT Al Izzah memang bukan dari kalangan tidak mampu. Hal ini membuat implementasi MBG di sekolah tersebut dirasa tidak terlalu mendesak.

 

9. SDIT Al Izzah Sudah Punya Sistem Katering Sendiri

Selama ini, siswa SDIT Al Izzah sudah terbiasa menggunakan layanan katering yang dikelola pihak sekolah. Sistem katering ini berjalan jauh sebelum program MBG muncul, dan disepakati oleh wali murid sejak awal tahun ajaran.

“Kalau SDIT ini kan kelihatannya dari kalangan keluarga mampu, maka dari itu mereka ingin anak-anak makan sesuai dengan katering yang diterima di awal sekolah, jauh sebelum ada MBG,” kata Budi Rustandi.


10. Polemik MBG Masih Terus Bergulir

Meskipun sudah ada dialog, polemik program MBG di SDIT Al Izzah masih belum selesai. Wali murid bersikukuh menolak, sementara Pemkot Serang menekankan pentingnya mencari solusi yang tidak merugikan salah satu pihak. Hingga kini, belum ada keputusan final apakah MBG tetap akan berjalan di sekolah tersebut atau dialihkan ke lokasi lain yang lebih membutuhkan.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved